Laporan Akhir
GENETIKA
Disusun oleh
Kelompok
III
UNIT
I
JURUSAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA
ACEH
2014/2015
LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM
GENETIKA
Disusun Oleh :
UNIT
I
KELOMPOK
: III
BETHARIA NIM:
281223095
DEVI SUSANTI NIM:
281223092
DESSRI WAHYUNI NIM:
281223096
INDRI YETTI NIM
: 281223093
SHAHIBUL ANNAS NIM:
281223091
SRI AYU FITRIA NIM:
281223097
Laporan
ini telah diperiksa dan disetujui oleh,
Koordinator Asisten Meja
Muzayyana,
S.Pd.I
Cut Ratna Dewi, S.Pd.i
Dosen Pembimbing
Arif Sardi, M. Si
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH swt yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya dan shalawat dan salamaa kedapa nabi kita Muhammad saw, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Laporan
ini diharapkan mampu membantu penulis
dan mahasiswa lainnya dalam memperdalam mata kuliah “Genetika” dalam
kegiatan belajar.
Kami
berharap laporan ini dapat memenuhi persyaratan dan bisa diterima oleh masyarakat
banyak. Meskipun laporan ini masih jauh dari suatu nilai kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan kami dengan segenap kesadaran diri penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik para pembaca yang dapat membantu kami untuk lebih
memahami pengkajian ini.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen, Laboran, Koordinator, Asisten Meja
dan para pembaca yang sudah berkenan
membaca laporan ini dengan tulus ikhlas. Semoga laporan ini bermanfaat,
khususnya bagi kami, mahasiswa-mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Biologi dan pembaca umum lainnya. Amin.
Banda Aceh, 13 Januari 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Lembar Pengesahan................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
Percobaan I :
Pembelahan Sel Secara Mitosis.......................................................... 1
Percobaan II :
Mendel I............................................................................................ 8
Percobaan III :
Mendel II.......................................................................................... 14
Percobaan IV :
Morfologi Drosophila melanogaster................................................. 22
Percobaan V :
Silkus Drosopihila melanogaster....................................................... 28
Percobaan VI : Pembelahan Sel Secara Mitosis......................................................... 32
Percobaan VII: Penyusunan dan Analisis kariotipe Manusia.................................... 48
Daftar
Pustaka......................................................................................................... 55
PERCOBAAN
: I
I.
Judul Percobaan : Pembelahan Sel
secara Mitosis
II. Tanggal
Praktikum :
18 November 2014
III. Tujuan
Praktikum :
1. Untuk mengetahui fase-fase pembelahan mitosis
pada sel.
2. Untuk membandingkan dan mendiskusiakan
perbedaan fase pembelahan.
3. Untuk mengetahui
kedudukan kromosom pada
fase-fase pembelahan
mitosis akar Allium cepa.
IV. Dasar
teori :
Mitosis
sel adalah pembelahan sel yang sesungguhnya menjadi 2 sel baru disebut sebagai
mitosis. Begitu kromosom telahberiplikasi sebagai dua kromatid, dibanyak sel,
mitosis akan menjadi secara otomatis dalam 1 sampai 2 jam. Salah satu peristiwa
awal dari proses mitosis yang terjadi pada sitoplasma, terjadi selama bagian
akhir dari interfase di dalam atau disekelilingi struktur-struktur kecil yang
di sebut sebagai sentriol. Dua pasang sentriol 1 terletak berdekatan satu sama
yang lain, dekat dengan salah satu kutub nucleus. Segera sebelum mitosis
berlangsung, kedua pasang sentriol mulai bergerak menjauhi satu sama lain. Hal
inidi sebabkan oleh polimerasi protein mikrotubulus yang tumbuh di antara
pasang sentriol yang berurutan dan benar-benar mendorong ke dua sentriol
tersebut menjauh.
Fungsi
mitosis yang pertama adalah membuat salinan yang persis sama dari setip
kromosom, lalu membagikan set identic kromosom kepada masing-masing dan kedua
sel keturunan. Atau sel anakan, melalui sel pembelahan awal (sel induk).
Interfase adalah periode diantara dua mitosis yang berurutan dan terdiri atas
tiga fase G1, S1 Dan G2. Selama fase S
(sintesis). Molekul-molekul DNA dari masing-masing kromosom menjadi
replikasi hingga menghasilkan sepasang molekul DNA identic yang di maksud
kromatid.
Mitosis
terjadi pada proses kebanyakan sel pada sel pertumbuhan suatu jaringan. Contoh
perbanyakan sel misalnya pembentukan sel-sel darah merah setiap saat dibentuk
sel-sel baru untuk menggantikan sel yang rusak ; sedangkan pertumbuhan jaringan
terjadi pada daerah titik tumbuh. Pada saat kebanyakan sel atau tumbuhan
jaringan rangkaian proses G1 - - S G2 – M akan di ulang berkali – kali. Secara
garis besar mitosis dapat di bagi dalam empat tahap yaitu : profase, metaphase,
anaphase dan telophase.
Bawang
merah (Allium cepa) merupakan sayuran
umbi yang multi guna dapat di gunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap
masakan, di samping sebagai obat tradisonal karena efek anti septik senyawa
anilin dan alisin yang di kandungnya (Rukmana, 1994), bahan aktef minyak atsiri
bawang merah terdiri dari sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin , dan
floroglusin . bawang merah termasukdalam divisi spermatophyta, sub divisi
Anggiospermae, kelas monocotyledonae, ordolilialis, family liliceacea, genus Allium, spesies Allium ascolonicum l, sinonim Allium
cepa.
Pembelahan
mitosis pada genus zingeber. Hasilnya diketahui bahwa waktu pembelahan sel
mitosis paling optimum terjadi pada pagi hari, dengan puncaknya antara jam
08:10 zingeber (L) J.K memiliki jumlah kromosom 2n = 32 panjang pasangan
kromosom sangat bervariasi, dimana beberapa kromosom memiliki panjang hampir 3
r2m, namun beberapa sisanya memiliki panjang hanya sekitar 12 m, hampr 3 r2m,
namun beberapa sisanya memiliki panjang hanya sekitar 12m, kromosom umumnya
berbentuk tipis memanjang hampir seluruh bertipe metasentris.
V. Alat
dan Bahan :
a. Alat :
1.
Mikroskokop
2.
Kaca benda dan kaca penutup
3.
Pisau silet
4.
Scalpel/jarum pengiris
5.
Spirtus
6.
Tissue
b. Bahan :
1. Akar
bawang merah (Allium cepa)
2. Larutan
1 M HCl
3. Larutan
setokarmin/safranin
VI. Cara
Kerja :
a.
Mitosis
1.
Diletakan umbi bawang di atas wadah yang
terisi air. Rendam 3 – 5 hari sampai akarnya tumbuh 2 – 3 cm.
2.
Dipotong ujung akar bawang merah dengan
pisau silet sepanjang 1 cm.
3.
Diteteskan larutan 1 M HCl kedalam gelas
pengamat.
4.
Direndam potongan ujung akar sepanjang 1
cm diatas Hcl tersebut, lebih kurang 5 menit.
5.
Diambil kaca benda dan ditetesin larutan
asetokarmin/safranin.
6.
Diujung akar yang sudah direndam
tersebut dan dipindahkan kekaca benda yang sebelumnya telah ditetesin dengan
asetokarmin.
7.
Dipipihkan akar bawang di atas kaca
benda dengan scalpel/jarum pengiris sampai halus dan sampai terputus.
8.
Ditutup kaca benda dengan kaca penutup.
Dilewatkan kaca benda tersebut di atas api bunsen.
9.
Kemudian balik slide tersebut, letakan
di atas tissue dan ditekan agak keras dengan menggunakan ibu jari
10.
Diamati objek tersebut di bawah
mikroskop. Digunakan pembesaran rendah (10x) dahulu, kemudian pembesaran lebih
tinggi (40x), dan pembesaran lebih tinggi (100x).
11.
Digambarkan fase – fase mitosis yang
dapat ditemukan dan di bandingkan dengan alat peraga.
VII. Hasil
Pengamatan :
Gambar : Fase Profase
Pembesaran : 10 x 10
|
Keterangan
|
|
1.
Inti sel
2.
Sitoplasma
|
Gambar : Fase Telofase
Pembesaran : 10 x 10
|
Keterangan
|
|
1.
Inti sel
2.
Sitoplasma
|
Gambar Pembanding
Fase Telofase
Fase
Telofase
VIII. Pembahasan
:
Berdasarkan
hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, dapat diketahui bahwa sel merupakan
unit struktural dan fungsional terkecil penyusun tubuh mahkluk hidup. Salah
satu ciri makhluk hidup adalah dapat melakukan reproduksi. Reproduksi sel
adalah proses menghasilkan sel-sel baru yang meliputi proses duplikasi diri dan
pembahasan komponen genetik yang sama. Pembelahan sel dibedakan menjadi
pembelahan secara langsung amitosis, mitosis dan meiosis.
Mitosis
merupakan proses pembelahan dimana gamet betina setelah dibuahi oleh gamet
jantan akan bersifat diploid (2n) dan dinamakan zigot. Dalam perkembangannya,
zigot ini akan membelah berkali-kali. Sebelum mitosis berlangsung, kedua pasang
sentriolnya mulai bergerak menjauhi satu sama yang lain. Hal ini di sebabkan oleh
merasi protein mikrotubulus yang tumbuh diantara pasangan sentriol yang
berurutan dan benar-benar mendorong kedua sentriol tersebut menjauh.
Jaringan yang
mudah untuk di telaah mitosis ialah meristem pada titik tumbuhan akar bawang.
Sebelum melakukan percobaan pada akar bawang merah, terlebih dahulu diletakan
umbi bawang di atas wadah yang berisi air, direndam selama 3-5 hari sampai
akarnya tumbuh 2-3 cm. kemudian dipotong ujung akar bawang merah dengan larutan
1M HCl kedalam gelas pengamat, direndam potongan ujung akar sepanjang 1 cm di
atas HCl tersebut, lebih kurang selama 5 menit. Selanjutnya diambil kaca benda
dan ditetesin larutan esetokarmin/safranin ujung akar yang sudah direndam
tersebut dipindahkan kekaca benda yang sebelumnya di tetesin dengan safranin.
Lalu dipipihkan akar bawang diatas kaca benda dengan scal/jarum pengiris sampai
halus dan jaringan sampai terputus, terakhir baru ditutup kaca benda dengan
kaca penutup.
Pembelahan
mitosis secara garis besar memiliki 4 (empat) tahap pembelahan mitosis yaitu:
1. Profase, pada tahap ini yang terpenting adalah benang-benang kromatin
menebal menjadi kromosom dan kromosom mulai berduplikasi menjadi kromatid,
membrane intinya sedikit menghilang dan mulai membentuk benang-benang
gelendong. 2. Metaphase pada tahap ini kromosom/kromatid berjejer teratur
dibidang pembelahan/bidang equator, sehingga tahab inilah kromosom/kromatid
mudah diamati dan dipelajari. 3. Anaphase pada tahab ini kromatid akan tertarik
oleh benang gelendong menuju kutub-kutub pembelahan sel. 4. Telofase, pada
tahab ini membrane inti tempat pembentukan benang-benang gelendong. Pada tahab
ini terjadi peristiwa kariokinesis (pembagian inti menjadi dua bagian), dan
sitokinesis (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian). Berdasarkan hasil pengamatan
dari akar bawang merah (Allium cepa)
tahap pembelahan mitosis yang tampak yaitu profase, interfase dan telofase.
IX. Simpulan
:
1.
Pembelahan sel terjadi secara langsung
amitosis mitosis dan meiosis.
2.
Mitosis merupakan pembelahan sel dimana
gamet betina setelah dibuahi oleh gamet jantan akan bersifat diploid (2n) dan
dinamakan zigot
3.
Bawang merah direndam selama 3-5 hari
sampai akhirnya tumbuh 2-3 cm.
4.
Pembelahan mitosis secara garis besar
memiliki 4 tahap yaitu:1. Profase, 2. Metaphase, 3. Anaphase, 4. Telofase.
5.
Tahap telofase ada dua yaitu:
kariokinesis dan sitokinesis.
PERCOBAAN
: II
I.
Judul
Praktikum : Hukum Mendel I
II.
Tanggal
Praktikum : 25 November 2014
III.
Tujuan
Praktikum : 1. Mencari angka-angka perbandingan sesuai
dengan hukum Mendel I
2. Menentukan nisbah teoritis sama atau
mendekati
nisbah pengamatan
3. Memahami pengertian dominan, resesif,
genotype
dan fenotipe
IV.
Dasar Teori :
Gregor
Mendel mepublikasikan hasil penelitian genetikanya pada kacang ercis ditahun
1866, dan karenanya meletakkan dasar genetika modern. Dalam naskah kerjanya,
Mendel mengajukan sejumlah prinsip dasar genetika. Salah satu yang dikenal saat
ini adalah hokum segregasi. Mendel dinyatakan sebagai orang pertama yang
mengajukan model dimana masing-masing induk mengandung dua salinan unit
pewarisan (yang sekarang disebut gen) bagi masing-masing sifat, akan tetapi
hanya satu dari kedua gen (sebuah alel) yang ditransmisikan melalui gamet pada
keturunannya.
Mendel mengambil serbuk sari dari bunga
tanaman yang bijinya berlekuk dan diserbukkan pada putik dari bunga tanaman
yang bijinya bulat. Semula keturunan F1 yang berupa suatu hybrid berbentuk
tananaman yang bijinya bulat. Ketika menyilangkan tanaman-tanaman F1 didapatkan
keturunan F2 yang memperlihatkan perbandingan fenotip kira-kira 3 biji bulat :
1 biji berlekuk. Disini tampak bahwa terdapat dominansi sepenuhnya, maka
persilangan monohybrid menghasilkan 4 kombinasi dalam keturunan dengan
perbandingan fenotip 3 : 1. Juga dapat diketahui bahwa suatu individu dapat
memiliki fenotip sama (contohnya tanaman berbiji bulat) tetapi memiliki genotip
yang berlainan (contohnya BB dan Bb). Dari percobaan diatas Mendel dapat
mengambil kesimpulan bahwa waktu pembentukan gamet-gamet (serbuk sari dan sel
telur) maka gen-gen yang menentukan suatu sifat mengadakan segregasi (memisah),
sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Berhubung dengan itu
prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum I dari Mendel yang dikenal dengan nama
“The Law Of Segregation Of Allelic Genes” (hokum pemisahan gen yang se alel).
Beberapa
parameter genetic yang dapat digunakan sebagai pertimbangan supaya seleksi
efektif misalnya besarnyan nilai keragaman genetik, heritabilitas, pola
segregasi, jumlah gen dan aksi gen pengendali karekter yang menjadi perhatian.
Seleksi suatu karakter yang diinginkan akan lebih berarti jika karakter
tersebut mudah diwariskan. Mudah tidaknya pewarisan suatu karakter dapat
diketahui dari besar nilai heritabilitasnya.
Crowder
(1997) mengatakan bahwa sifat kualitatif pada tanaman, banyak diatur oleh satu
gen. apabila dihubungkan dengan jalur biasintesiskaratenoid gen tunggal pada
warna polong kuning dipengaruhi oleh enzim lycopene β-cycelase. Hal ini
ditunjukkan pada jalur biasintesiskaratenoid, dimana dari lycopane membentuk
β-carotin membutuhkan satu gen yaitu BLCY (Lycopene β-Cycelase) yang
mengitroduksi cincin β-ionone pada salah satu dari translycopene untuk
menghasilkan β-carotene.
V. Alat dan Bahan :
a. Alat :
1. Model
gen (kancing genetika) 2 warna
2. 2
buah stoples
b. Bahan : -
VI. Cara Kerja :
1. Diambil
model gen merah dan putih, masing-masing 30 pasangan atau 60 biji (30
jantan dan 30 betina).
2. Disisihkan
satu model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan
individu merah dan individu putih.
3. Dibuka
pasangan gen di atas (langkah 2), ini dimisalkan pemisahan gen pada pembentukan
gamet, baik oleh individu merah maupun putih.
4. Digabung
model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini
menggambarkan hasil persilangan atau F1, keturunan individu merah dan individu
putih.
5. Kemudian
dilakukan pengujian dengan menggunakan rumus Chi Square.
VII.
Hasil Pengamatan
:
Tabel 2. 1 Hasil Pengamatan Fenotip
(3:1)
Kelas Fenotip
|
O
|
E
|
O-E=d
|
d-
(0,5)
|
|
=
/ E
|
Hijau
|
22
|
x30=22,5
|
22-22,5= -0,5
|
-0,5
– 0,5= - 1
|
=1
|
=
= 0,04
|
Kuning
|
8
|
x30=7,5
|
8-7,5 = 0,5
|
0,5 – 0,5= 0
|
=0
|
0
|
Peluang
yang terjadi antara 0,95 dan 0,80
Tabel 2.2 Hasil
Pengamatan Genotip (1:2:1)
Kelas Genotip
|
O
|
E
|
O-E=d
|
d-
(0,5)
|
|
=
/ E
|
HH (Hijau)
|
7
|
x30=7,5
|
7-7,5= -0,5
|
-0,5
– 0,5= - 1
|
=1
|
=
= 0,133
|
Hh (Hijau)
|
15
|
x30=15
|
15-15 = 0
|
0 – 0,5= -0,5
|
=0,25
|
=
= 0,016
|
Hh (Kuning)
|
8
|
x30=7,5
|
8-7,5 = 0
|
0,5 – 0,5= 0
|
0
|
0
|
Peluang
yang terjadi antara 0,95 dan 0,80
VIII. Pembahasan :
Berdasarkan
hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hukum Mendel I dikenal sebagai hukum
segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom
homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu
terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal
sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid.
Pasangan gen pada kromosom homolognya disebut alel.
Ada
2 istilah dalam hukum Mendel I yaitu genotip dan fenotip. Fenotip adalah suatu
ciri atau sifat (baik berupa struktural biokimia fisiologi ataupun tingkah
laku) yang bisa diamati dari suatu organisme. Dikendalikan oleh genotip dan
lingkungan serta interaksi keduanya. Contoh pada percobaan yaitu warna hijau
dan kuning. Kedua ada istilah genotip, yaitu urutan genetis yang mengkode suatu
ciri dari suatu organisme. Biasanya dilambangkan dengan huruf-huruf kapital
untuk dominan, huruf kecil untuk resesif pada percobaan yaitu HH, Hh, hh.
Perbandingan
fenotip pada hokum Mendel I yaitu 3:1 dan perbandingan genotipnya yaitu 1:2:1.
Pada pengamatan untuk mendapatkan nilai peluang, harus lihat pada tabel
chi square).
Pada tabel
semakin kecil nilainya menunjukkan bahwa data
yang diamati semakin tipis perbedaanya dengan yang diharapkan. Sebaliknya
semakin nilainya menunjukkan besar pula menyimpangannya. Pada tabel
, pada
peluang=0,05 adalah batas terima atau ditolaknya data percobaan. Pada tabel
pengamatan fenotip didapati hasil kelereng warna hijau jumlahnya adalah 22
pasangan yang terambil, sedangkan kelereng warna kuning hanya 8 pasangan.
Fenotip (hijau) setelah melewati beberapa cara ditemukan hasil
= 0,04
sedangkan fenotip (kuning)
= 0. Jadi,
dari hasil
=0,04 maka
diperoleh peluang 0,95-0,80 (lihat pada tabel
barisan
pertama untuk fenotip). Pada tabel pengamatan genotip diperoleh hasil HH= 7
pasangan, Hh= 15 pasangan dan hh= 8 pasangan. Dengan melakukan beberapa cara
maka diperoleh
dari ketiga
genotip tersebut, yaitu HH,
=0, 133, Hh,
= 0,016 dan
hh,
= 0. Jadi dari
hasil
= 0,146 maka
diperoleh peluang antara 0,95 dan 0,80 juga.
IX.
Simpulan :
1. Hukum
Mendel I dikaji pada persilangan monohibrid.
2. Pasangan gen pada kromosom homolognya disebut
alel.
3. Genotip
pada percobaan Mendel yaitu HH, Hh dan hh sedangkan fenotipnya yaitu kelereng
warna hijau dan kelereng warna kunig.
4. Peluang
0,05 (pada tabel
) adalah batas diterima atau ditolaknya
data percobaan.
5. Tabel pengamatan fenotip dan genotip pada
percobaan Mendel I keduanya diperoleh nilai peluang antara 0,95 dan 0,80.
PERCOBAAN
: III
I.
Judul Praktikum :
Mendel II
II.
Tanggal Praktikum :
2 Desember 2014
III.
Tujuan Praktikum : 1. Untuk mencari angka-angka perbandingan yang
sesuai dengan hukum Mendel.
2. Untuk menentukan nisbah teoritis sama atau
mendekati nisbah pengamatan.
IV.
Dasar Teori :
Hukum Mendel kedua, disebut juga dengan hukum perpasangan
bebas (The Low Of Independent Assortment) atau hukum karakter satuan (The Low
Unit Character), mengekspresikan konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara
bebas. Lebih jauh lagi, rasio-rasio dari fenotipe yang berbeda dapat
dikalkulasikan dengan mudah melalui hukum-hukum probabilitas untuk
masing-masing kelas. Mendel menggunakan logika untuk memperkirakan frekuensi
kelas-kelas yang diperoleh ketika melakukan persilangan F1 tanaman
dihibrid (heterozigot untuk dua sifat yang berbeda) untuk mempelajari pewarisan
dua sifat atau lebih.
Suatu karakter di dalam populasi F2 tersebut
dikendalikan oleh banyaknya gen dan merupakan karakter kuantitatif. Pada
karakter kuantitatif, masing-masing gen mempunyai konstribusi kecil di dalam
pewarisan suatu karakter, sehingga efek-efek indivudualnya tidak bisa dideteksi
oleh metode Mendelian. Penampilan karakter kuantitatif tersebut juga
dipengarusi secara nyata oleh lingkungan di sekitarnya. Hal ini akan
menyebabkan pola segregrasi kerakter ini tidak mengikuti nisbah Mendel ataupun
modifikasinya.
Percobaan-percobaan persilangan secara teori akan
menghasilkan keturunan dengan nisbah tertentu. Nisbah teoritis ini pada
hakikatnya merupakan suatu peluang untuk memperoleh suatu hasil, baik berupa
fenotipe maupun genotipe. Peluang munculnya suatu kejadian dapat didefinisikan
sebagai suatu nisbah munculnya kejadian tersebut terhadap seluruh kejadian.
Adapun nilai peluangnya yaitu berkisar dari 0 (0%) hingga 1 (100%).
Keragaman genetik yang luas memberikan kesempatan kepada
pemula untuk dapat melakukan seleksi. Seleksi adalah suatu proses pemuliaan
tanaman dan merupakan dasar dari seluruh perbaikan tanaman untuk mendapatkan
kurtivar unggul baru. Keberhasilan seleksi tergantung kepada para pemulia
tanaman untuk memisahkan genotipe-genotipe unggul dari suatu genotipe yang
tidak dikehendaki. Beberapa parameter genetik yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan supaya seleksi dapat berjalan secara efektif yaitu misalnya dengan
besaran nilai keragaman genetik, hetitabilitas, pola segresi, jumlah gen serta
aksi gen pengendali.
V.
Alat
dan Bahan :
a. Alat :
1. Model
gen (kancing genetik 2 warna dan kelereng 2 waraa)
2. Dua
buah stoples
b. Bahan :
–
VI.
Cara
Kerja :
1. Diambil
masing-masing 30 kancing warna kuning dan warna hijau serta kelereng warna
merah dan putih. Di dalam hal ini kelereng yang berwarna merah (B) adalah
pembawa sifat untuk biji bulat dan dominan terhadap kelereng yang berwarna
putih (b). Sedangkan kancing yang berwarna kuning (K) adalah pembawa sifat
untuk warna biji. Kancing yang berwarna kuning dominan terhadap kancing yang
berwarna hijau (k).
2. Digunakan
kancing yang berwarna kuning, hijau serta kereleng yang berwarna putih dan
merah, ataupun sebaliknya. Hal ini akan menggambarkan hasil dari suatu
persilangan F1 dari keturunan individu bulat dan kuning.
3. Dipilih
secara acak kancing dan kelereng serta dicatat setiap pasangan gen yang diambil
di dalam tabel pengamatan.
4. Dicatat
hasil kembinasi yang didapatkan. Bila yang diambil kancing dan kelereng (gamet)
pasangan putih – kuning (bK) dari yang diambil kancing dan kelereng berwarna
merah – hijau (Bk), maka kobinasi genotipenya adalah BbKk. Demikian juga untuk
seterusnya.
5. Kemudian
dihitung perbandingan nisbah fenotipe dan genotype.
6. Kemudian
dilakukan pengujian dengan digunakan rumus chi square.
VII. Hasil Pengamatan :
Tabel 3.1 Pengamatan
Nisbah Fenotipe
No.
|
Fenotipe
|
Frekuensi
|
1.
|
Merah kuning
|
13
|
2.
|
Merah kisut
|
6
|
3.
|
Hijau bulat
|
10
|
4.
|
Hijau kisut
|
1
|
Jumlah
|
30
|
Fenotipe
|
O
|
E
|
O – E = d
|
=
|
Merah
Bulat
|
13
|
x 30 = 16,87
|
13
– 16,87 = -3,87
|
=
= 0,88
|
Merah
kisut
|
6
|
x 30 = 5,62
|
6
– 5,62 = 0,38
|
=
= 0,025
|
Hijau
bulat
|
10
|
x 30 = 5,62
|
10
– 5,62 = 4,38
|
=
= 3,41
|
Hijau
kisut
|
1
|
x 30 = 1,87
|
1 – 1,87 = -0,87
|
=
= 0,40
|
Jumlah
|
4,715
|
Jadi, peluang
antara 0,20 dan 0.05 (Tersembunyi)
Keterangan:
1.
Kancing warna kuning = bulat (B)
2.
Kancing warna putih = kisut (b)
3.
Kelereng warna merah = merah (M)
4.
Kelereng warna hijau = hijau (m)
Tabel 3.2 Pengamatan
Nisbah Genotipe
No
|
Genotipe
|
Frekuensi
|
1.
|
MMBB
|
2
|
2.
|
MMBb
|
3
|
3.
|
MmBB
|
4
|
4.
|
MmBb
|
4
|
5.
|
MMbb
|
4
|
6.
|
Mmbb
|
2
|
7.
|
mmBB
|
3
|
8.
|
mmBb
|
7
|
9.
|
mmbb
|
1
|
Jumlah
|
30
|
Genotipe
|
O
|
E
|
O
– E = d
|
=
|
MMBB
|
2
|
x 30 = 1,87
|
2 – 1,87 = 0,13
|
=
= 0,008
|
MMBb
|
3
|
x 30 = 3,75
|
3 – 3,75 = -0,75
|
=
= 0,149
|
MmBB
|
4
|
x 30 = 1,87
|
4 – 1,87 = 2,13
|
=
= 2,425
|
MmBb
|
4
|
x 30 = 3,75
|
4 – 3,75 = -0,75
|
=
= 0,149
|
MMbb
|
4
|
x 30 = 7,5
|
4 – 7,5 = 3,5
|
=
= 1,633
|
Mmbb
|
2
|
x 30 = 3,75
|
2 – 3,75 = -1,75
|
=
= 0,816
|
mmBB
|
3
|
x 30 = 1,87
|
3 – 1,87 = 1,13
|
=
= 0,682
|
mmBb
|
7
|
x 30 = 3,75
|
7 – 3,75 = 3,25
|
=
= 2,816
|
Mmbb
|
1
|
x 30= 1,87
|
1 – 1, 87 = - 0,87
|
=
= 0,404
|
Jumlah
|
9,082
|
Peluang antara 0,50 dan
0,20
Keterangan:
1.
MMBB = Merah bulat
2.
MMBb = Merah bulat
3.
MmBB = Merah bulat
4.
MmBb = Merah bulat
5.
MMbb = Merah kisut
6.
Mmbb = Merah kisut
7.
mmBB = Hijau bulat
8.
mmBb = hijau bulat
9.
mmbb = Hijau kisut
VIII.
Pembahasan :
Hukum Mendel II dikenal
sebagai The Law of Independent Assortmen of Genes (hukum pengelompokan gen
secara bebas) yang berbunyi progeny dari F1 terdiri dari gabungan
ciri yang berlainan dan segresi ciri ini babas atau tidak dipengaruhi satu sama
lain. Hukum Mendel II digunakan untuk persilangan dihibrid atau persilangan
polihibrid, yaitu persilangan dari dua individu yang memiliki satu atau lebih
karakter yang berbeda.
Berdasarkan dari
pengamatan yang telah dilakukan pada persilngan dihibrid yaitu persilngan
dengan dua sifat beda. Pada pengamatan persilangan dihibrid digunakan dua
kelereng dengan warna yang berbeda dan dua kancing genetik dengan warna yang
berbeda. Kelereng yang berwarna merah 30 butir untuk menunjukkan warna yang
dominan (M) terhadap 30 butir kelereng yang berwarna hijau (m). kancing genetik
yang digunakan akan menunjukkan sifat. Kancing genetik yang berwarna kuning
dominan (K) terhadap kancing genetik yang berwarna putih (b) yang menunjukkan
sifat kisut. Jumlah dari masing-masing warna kancing genetik yang digunakan
adalah sebanyak 30 butir.
Setelah dilakukan pengambilan secara acak di
dalam stoples maka gamet yang terambil adalah MMBB = 2, MMBb = 3, MmBB = 4,
MmBb = 4, MMbb = 4, Mmbb = 2, mmBB = 3, mmBb = 7, mmbb = 1. Dari hasil gamet
yang diperoleh tersebut maka dapat dibuat perbandingan di dalam nisbah genotype
menjadi 1:2:1:2:4:2:1:2:1. Sedangkan untuk nisbah fenotipe adalah 9:3:3:1. Hal
ini diperoleh dari hasil gamet bulat yang berjumlah 13, merah kisut berjumlah
6, hijau bulat berjumlah 10 dan hijau kisut berjumlah 1.
Berdasarkan dari data
pada tabel pengamatan nisbah fenotipe dapat diketahui bahwa pada kelas fenotipe
merah bulat untuk pengamatan (O) berjumlah 13, merah kisut berjmlah 6, hijau
bulat berjumlah 10 dan hijau kisut berjmlah 1. Untuk expacted (E) untuk merah
bulat berjumlah 16,87, merah kisut berjumlah 5,62, merah hijau berjumlah 5,62,
dan hijau kisut berjumlah 1,87. Untuk deviasi (O – E = d) untuk merah bulat
berjumlah -3, 87, merah kisut berjumlah 0,38, hijau bulat berjumlah 4,38, dan
hijau kisut berjumlah -0,87. Selanjutnya dimasukkan de dalam rumus chi square
maka diperoleh hasil untuk merah bulat berjumlah 0,88, merah kisut berjumlah
0,025, hijau bulat berjumlah 3,41 dan hijau kisut berjumlah 0,40. Setelah
semuanya dijumlahkan maka menghasilkan 4,715. 4,715 di dalam tabel chi square
berada diantara 0,20 dan 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa 4.715 memiliki peluang
diantara 0,20 dan 0,05, serta menunjukkan bahwa peluang ini dapat diterima dan
tersembunyi.
Berdasarkan dari data
tabel nisbah genotipe, dapat diketahui bahwa pada kelas genotipe pengamatan (O)
untuk MMBB berjumlah 2, MMBb berjumlah 3, MmBB berjumlah 4, MmBb berjumlah 4,
MMbb berjumlah 4, Mmbb berjumlah 2, mmBB berjumlah 3, mmBb berjumlah 7, serta
mmbb berjumlah 1. Expected (E) untuk MMBB berjumlah 1,87, MMBb berjumlah 3,75,
MmBB berjumlah 1,87, MmBb berjumlah 3,75, MMbb berjumlah 7,5, Mmbb berjumlah
3,75, mmBB berjumlah 1,87, mmBb berjumlah 3,75, serta mmbb berjumlah 1,87.
Deviasi (O – E = d)
untuk MMBB berjumlah 0,13, MMBb berjumlah -0,75, MmBB berjumlah 2,13, MmBb
berjumlah -0,75, MMbb berjumlah -3,5, Mmbb berjumlah -1,75, mmBB berjumlah
1,13, mmBb berjumlah 3,25, serta mmbb berjumlah -0,87. Selanjutnya dimasukkan
ke dalam rumus chi square maka untuk MMBB berjumlah 0,008, MMBb berjumlah
0,149, MmBB berjumlah 2,425, MmBb berjumlah 0,149, MMbb berjumlah 1,633, Mmbb
berjumlah 0,816, mmBB berjumlah 0,682, mmBb berjumlah 2,816, serta mmbb
berjumlah 0,404. Setelah semuanya dijumlahkan maka menghasilkan 9,082. 9,082 di
dalam tabel chi square berada diantara 0,50 dan 0,20. Hal ini menunjukkan bahwa
9,082 memiliki peluang antara 0,50 dan 0,20, serta menunjukkan bahwa peluang
ini bisa di terima.
IX.
Simpulan :
1. Perbandingan
untuk nisbah genotipe adalah 1:2:1:2:4:2:1:2:1 dari 2:3:4:4:4:2:3:7:1.
2. Perbandingan
nisbah fenotipe adalah 9:3:3:3:1 dari 13:6:10:1.
3. Data
pada tabel fenotipe setelah dijumlahkan dengan menggukan rumus chi square
adalah 4,715.
4. Data
pada tabel genotipe setelah dijumlahkan dengan menggunakan rumus chi square
adalah 9,082.
5. Peluang
< 0,50 menunjukkan bahwa peluang tersebut dapat diterima.
PERCOBAAN
: III
I.
Judul Praktikum :
Pengamatan
Morfologi Drosophila
melanogaster
II.
Tanggal Praktikum :
9
Desember 2014
III.
Tujuan Praktikum : Untuk melihat bentuk morfologi
dari Drosophila melanogaster
IV. Dasar
Teori :
Lalat buah (frcitfly) merupakan
salah satu hama yang paling merugikan dalam budidaya tanaman buah-buahan maupun
sayuran di dunia. Hama ini merugikan karena menyerang langsung produk pertanian
yaitu buah gejala kerusakan pada buah yang diserangnya bervariasi. Serangan
pada buah muda menyebabkan bentuk buah menjadi tidak normal,buah berkalus dan
gugur serangan pada buah tua menyebabkan buah menjadi busuk basah karena bekas
lubang larva umumnya terinfeksi bakteri dan jamur.
Drosophila
melanogaster,merupakan sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya dan
merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah lalat buah adalah serangga yang
mudah berkembangbiak. Dari satu perkawinan saja dapat menghasilkan ratusan
keturunan,dan generasi yang baru dapat dikembangkan setiap dua minggu.
Karakteristik ini menunjukkan bahwa lalat buah merupakan salah satu organisme
yang cocok untuk kajian-kajian genetik.
Anatomi lalat buah imago secara
umum dan terminologi penting untuk orientasi taksonomi karena mempunyai
ciri-ciri seperti kepala yang terdiri dari atena kepala dan noda atau bercak
pada muka. Bagian dorsum toraks terdiri dari dua bagian penting yang disebut
dengan terminologi skutum atau mesonotum (dorsum toraks atas) dan skutelum
(dorsum toraks bawah). Sayap mempunyai ciri-ciri bentuk pola pembuluh sayap
yaitu casta ( pembuluh sayap sisi anterior), anal (pembuluh sayap sisi posterior), cubitus
(pembuluh sayap utama), median (pembuluh sayap tengah), radius), r-m = pembuluh
sayap melintang dm-cu = pembuluh sayap membujur dan ciri-ciri abdomen terdiri
dari ruas-ruas (tergites).
Lalat betina memerlukan nutrisi
untuk proses pematangan telurnya. Beberapa nutrisi yang diperlukan dan terdapat
di alam antara lain yaitu nektar dan madu. Lalat betina merupakan penyebab
terjadinya kerusakan pada buah-buahan,karena lalat inilah yang meletakkan
telur-telurnya di dalam buah dengan alat peletak telur (ovipasitor).
Telur-telur tersebut kemudian menetas menjadi larva atau belatung yang merusak
buah-buahan berbeda dengan lalat betina, lalat jantan tidak secara langsung
menimbulkan kerugian tetapi perannya sebagai penjantan yang membuahi lalat
betina sangat berpengaruh terhadap populasi buah di alam.
V. Alat
dan Bahan :
a.
Alat :
1.
Mikroskop
Stereo
2.
Lup
3.
Kuas
kecil
4.
Pinset
5.
Botol
biakan
6.
Sterofom
7.
Jarum
b.
Bahan :
1.
Drosophila melanogaster
2.
Klorofom
VI.
Cara Kerja :
1.
Diamati spesimen yang akan diamati kemudian
diletakkan di bawah mikroskop stereo/lup.
2.
Diamati morfologi Drosophila melanogaster jantan dan betina dan ditulis perbedaannya.
3.
Digambar kedua jenis Drosophila melanogaster tersebut serta diberi keterangan.
4.
Dilakukan determinasi serta diidentifikasi jenis Drosophila melanogaster tersebut.
VII. Hasil
Pengamatan :
Gambar : Drosophila
melanogaster Jantan
|
Keterangan
|
|
1.
Mulut penghisap
2.
Atena
3.
Mata
4.
Cepal
5.
Thorax
6.
Abdomen
7.
Sex comb
8.
Sayap
|
Gambar : Drosophila
melanogaster Betina
|
Keterangan
|
|
1.
Mulut penghisap
2.
Atena
3.
Mata
4.
Cepal
5.
Thorax
6.
Abdomen
7.
Sayap
|
Gambar Pembanding Lalat Buah
Lalat Buah Betinan Lalat
Buah Jantan
VIII. Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan,dapat
diketahui bahwa lalat buah (Drosophila
melanogaster) merupakan sejenis serangga yang umumnya tidak berbahaya serta
merupakan jenis serangga pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Drosophila adalah
serangga yang mudah berkembangbiak, dan mempunyai siklus hidup yang cepat.
Drosophila sering dijadikan sebagai salah satu organisme yang dijadikan objek
penelitian di dalam genetika adalah karena lalat ini memiliki jumlah kromosom
yang sedikit yaitu 4 pasang kromosom
pada Drosophila terdiri dari tiga pasang kromosom autosom dan satu pasang
kromosom seks. Selain itu lalat buah
juga memiliki siklus hidup yang sangat cepat yaitu 10 hari.
Secara morfologi lalat buah
jantan dan betina dapat dibedakan dengan cara melihat beberapa bagian tubuh
dari Drosophila melanogaster tersebut. Lalat buah jantan memiliki ukuran tubuh
yang lebih kecil daripada yang betina. Memiliki sayap yang lebih pendek
daripada yang betina. Pada kai depan Drosophila dibagian Tarsal kedua terdapat
sekelompok rambut yang agak tebal dan tersusun seperti sisir yang disebut sisir
kelamin (sex comb). Sex comb berfungsi untuk memegang betina pada saat proses
kopulasi (perkawinan). Memiliki ujung abdomen yang tumpul dan berwarna hitam.
Jumlah segmen abdomen pada lalat buah
jantan adalah 7 buah karena segmen yang terakhir bersatu.
Adapun morfologi dari
Drosophila melanogaster betina yaitu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan
sayap lebih panjang daripada yang jantan. Pada kaki tidak mempunyai sex comb.
Drosophila melanogaster betina memiliki ujung abdomen yang runcing dan memiliki
alat pelekat telur yang disebut Ovipositor. Lalat buah betina memiliki warna
yang coklat kehitaman, serta memiliki segmen yang berjumlah 8, karena segmen
yang terakhir tidak bersatu. Lalat buah baik yang jantan maupun yang betina
memiliki mata majemuk. Mata majemuk merupakan mata yang terdiri dari kumpulan
mata tunggal yang dilapisi oleh lensa kornea segi enam. Mata majemuk berfungsi
sebagai pembentuk bayangan yang mozaik.
IX.
Simpulan :
1.
Drosophila melanogaster memiliki 4 pasang
kromosom yaitu 3 kromosom autosom dan 1 kromosom seks.
2.
Drosophila melanogaster jantan memiliki
ukuran lebih kecil dan sayap lebih pendek daripada Drosophila betina.
3.
Lalat buah jantan memiliki sex comb yang
berfungsi untuk memegang betina pada proses kopulasi.
4.
Ujung abdomen lalat bauh jantan tumpul dan
berwarna hitam.
5.
Tipe mata pada lalat buah adalah majemuk.
PERCOBAAN
: V
I.
Judul Percobaan : Siklus Hidup Drosophila melanogaster
II. Tanggal
Praktikum :
9 Desember 20014
III. Tujuan
Praktikum :
Untuk mengamati siklus hidup Drosophila
melanogaster.
IV. Dasar
teori :
Drosophila
melanogaster merupakan sejenis serangga biasa yang
umunya tidak berbahaya dan merupakan pemakan jamr yang tumbuh pada buah. Lalat
buah adalah serangga yang mudah berkembangbiak. Dari satu perkawinan lalat buah
dapat menghasilkan ratusan keturunan dan generasi yang baru. Selain itu, lalat
buah juga mudah dikembangbiakan yaitu hanya memerlukan waktu selama dua minggu.
Kerakteristik ini menjadikan lalat buah sebagai salah satu organisme yang cocok
untuk kajian genetik. Keuntungan lain dari lalat buah adalah lalat buah hanya
mempunyai 4 pasang kromosom, yang dapat dengan mudah dibedakan dengan
menggunakan mikroskop cahaya.
Perkembangan Drosophila melanogaster dikelompokkan ke
dalam dua fase, yaitu fase embrionik dan fase pesca embrionik. Siklus hidup Drosophila melanogaster, setiap tahapan dapat diamati dengan jelas,
yaitu tahap telur, embrio, instar I, instar II, instar III, instar IV, pupa
serta imago. Periode embrionik yaitu dimulai dari fertilisasi sampai menetas.
Sedangkan periode pasca embruonik dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu larva,
pupa dan imago. Fase larva ditandai dengan peritiwa molting. Larva tampak
berwarna putih (transparan), organ dalamnya bersegmen, berbentuk cacing dan
suka bersembunyi pada medium.
Lalat buah
mengalami metamarfosis sempurna (holometaboala) yang dimulai dari telur, larva
(belatung), pupa dan akhirnya menjadi serangga dewasa (imago). Umur imago atau
lalat buah dewasa biasa mencapai satu bulan. Telur yang berumur 2-3 hari
ditusukan oleh serangga betina ke dalam kulit buah dengan menggunakan
ovipositor. Selain itu, telur akan berdiam di bawah permukaan kulit buah dan
memakan isi buah. Larva terdiri dari 3 masa instar atau proses pergantian
kulit. Proses ini memerlukan waktu 7-10
hari dan terjadi di dalam buah. Setelah selesai masa instar, larva akan
menjatuhkan diri ke tanah dan selanjutnya berubah menjadi pupa. Masa pupa
berlangsung di dalam tanah denga waktu 5-25 hari. Dari pupa selanjutnya akan
menjadi serangga dewasa (lalat).
Pengendalian
laalt buah dengan menggunakan musuh alami mulai menguat setelah disadari bahwa
pengendalian hama dengan insektisida menimbulkan banyak dampak negative yang
bisa merugikan lingkungan. Permasalahan saat ini adalah pengendalian populasi
lalat buah dengan menggunakan parasitonoid belum banyak diterapkan. Padahal
sitonoid sangat baik untuk mengendalikan lalat buah karena dapat terus bertahan
di alam dalam jangka waktu yang lama sehingga akan terus terjadi keseimbangan
populasi di alam.
V. Alat
dan Bahan :
a. Alat :
1.
Botol berisi media dengan sumbat busa
2.
Botol dengan mulut sebesar botol media
b. Bahan :
1. Buah-buahan
yang membusuk
2. Kantong
plastik
VI. Cara
Kerja :
1.
Dicatat tempat, tanggal, jam penangkapan
dan jumlah lalat buah yang tertangkap.
2.
Diamati botol yang berisi lalat buah
paling sedikit dua kali sehari. Pada saat pertama kali mengamati tahapan
pertumbuhan tertentu, dicatat tanggal dan pengamatan.
3.
Setelah pupa pertama muncul, dikeluarkan
lalat dewasa dari botol media .
4.
Dilanjutkan pengamatan sampai lalat
dewasa pertam muncul.
5.
Dikembalikan botol setelah pengamatan.
VII. Hasil
Pengamatan :
Gambar
Pembanding Siklus Hidup Lalat Buah
Gambar
Siklus Hidup Lalat Buah
Keteranagan:
1. Lalat
buah jantan
2. Lalat
buah betina
Telur
Larva
(Instar I)
Larva (Instar
II)
Larva
(Instar III)
Prepupa
Pupa
Lalat buah dewasa
Tabel
5.1 Siklus Hidup Lalat Buah Drosophila
melanogaster
Hari
|
Pertumbuhan/Perkembangan
|
Hasil
Pengamatan/Ciri Morfologi
|
Sabtu
|
–
|
–
|
Minggu
|
–
|
–
|
Senin
|
Telur
|
Berbentuk
bulat lonjong (oval), berukuran sekitar ± 0,5 mm, berwarna putih susu, pada
ujung bagian anteriol terdapat dua tangkai kecil yang menyerupai sendok yang
berfungsi agar telur tersebut tidak tenggelam, dan biasanya telur terdapat
pada bagian permukaan media.
|
Selasa
|
Larva (instar I)
|
Berbentuk
lonjong pipih, berwarna putih bening, berukuran ± 1 mm, memiliki segmen,
berbentuk dan bergerak seperti cacing, serta belum memiliki spirakel anterior.
|
Rabu
|
Larva (instar II)
|
Berbentuk
lnjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 2mm, memiliki segmen, bebentuk dan
bergerak seperti cacing, sudah memiliki mulat dan gigi yang berwarna hitam
untuk makan, serta sudah memilik spirakel di bagian anterior.
|
Kamis
|
Larva (instar III)
|
Berbentuk
lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 3-4 mm, sudah memiliki segmen,
berbentuk dan bergerak seperti cacing, sudah memilii mulut dan gigi yang
berwarna hitam, tetapi lebih besar dan jelas terlihat jika dibandingkan
dengan larva (instar II), memiliki spirakel di bagian anterior, serta sudah
terdapat beberapa tonjolan-tonjolan pada bagian anteriornya.
|
Jum’at
|
Prepupa
|
Terbentuk setelah larva (instar III),
menyerap pada dinding petridist, tidak aktif bergerak serta melekatkan diri,
berwarna putih, kutikula keras dan memendek, tanpa kepala dan juga sayap.
|
Sabtu
|
Pupa
|
Tidak bergerak aktif dan melekatkan
diri pada petridist, berwarna putih kecoklatan, kutikula keras, memendek,
serat bersegmen.
|
Minggu
|
Imago
|
Tubuhnya sudah dapat
dibedakan antara cephala (kepala), thorax (dada), dan abdomen (perut), serta
sudah hampir menyerupai lalat dewasa.
|
Tabel
5.2 Hasil Pengamatan Siklus Lalat Buah
Hari
|
Waktu
|
Telur
|
Larva
I
|
Larva
II
|
Larva
III
|
Prepupa
|
Pupa
|
Imago
|
Sabtu, 20 Desember 2014
|
Pagi
Siang
Sore
|
–
–
–
|
|
|
|
|
|
|
Minggu, 21 Desember 2014
|
Pagi
Siang
Sore
|
–
–
–
|
|
|
|
|
|
|
Senin, 22 Desember 2014
|
Pagi
Siang
Sore
|
√
√
√
|
|
|
|
|
|
|
Selasa, 23 Desember 2014
|
Pagi
Siang
Sore
|
|
√
√
√
|
|
|
|
|
|
Rabu, 24 Desember 2014
|
Pagi
Siang
Sore
|
|
|
√
√
√
|
|
|
|
|
Kamis, 25 Desember 2014
|
Pagi
Siang
Sore
|
|
|
|
√
√
√
|
|
|
|
Jum’at, 26 Desember 2014
|
Pagi
Siang
Sore
|
|
|
|
|
√
√
√
|
|
|
Sabtu, 27 Desember 2014
|
Pagi
Siang
Sore
|
|
|
|
|
|
√
√
√
|
|
Minggu, 28 Desember 2014
|
Pagi
Siang
Sore
|
|
|
|
|
|
|
√
√
√
|
VIII. Pembahasan
:
Berdasarkan dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki siklus
hidup yang singkat, yaitu sekitar 10 hari. Hal inilah yang menyebabkan lalat
buah sering digunakan di dalam penelitian genetik. Selain itu, lalat buah juga
mudah dikembangbiakan yaitu dngan cara membuat sebuah meium dari buah (nenas
dan papaya) untuk pemeliharaan lalat buah tersebut. Adapun tujaun dibuatnya
suatu medium yaitu untuk empermudah kita di dalam melakukan pengamatan tentang
siklus lalat buah. Karena tanpa adanya suatu mediu, maka setiap fase dari
siklus lalat buah akan sulit untuk diamati.
Siklus hidup lalat buah (Drosophila
melanogaster) terdiri dari dua tahap, yaitu tahap embironik telur yang dimulai
dari saat fertilisasi sampai telurnya menetas. Adapun tahap yang kedua yaitu
tahap post-embrionik yang terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu larva, pupa dan
imago. Tahap larva terdiri dari tiga tahap, yaitu larva (instar I), larva (instar II), dan larva (instar III). Siklus hidup dari lalat buah
disebut dengan metaphase sempurna. Hali ini disebabkan karena setiap fase hidup
dari lalat buah dapat dibedakan.
Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan siklus lalat buah dapat diketahui
bahwa pada hari pertama dan kedua (20-21 Desember 2014) belum ada perkembangan
ataupun perubahan. Tanggal 22 Desember 2014 sudah mempunyai telur. Adapun
ciri-ciri dari telur lalat buah diantaranya yaitu berbentuk bulat lonjong
(oval), berukuran sekitar ± 0,5 mm, berwarna putih susu, pada ujung bagian
anteriol terdapat dua tangkai kecil yang menyerupai sendok yang berfungsi agar
telur tersebut tidak tenggelam, dan biasanya telur terdapat pada bagian
permukaan media.
23 Desember 2014 sudah berbentuk larva (instar I). Adapun ciri-ciri dari
larva (instar I) diantarnya yaitu berbentuk lonjong pipih, berwarna putih
bening, berukuran ± 1 mm, memiliki segmen, berbentuk dan bergerak seperti
cacing, serta belum memiliki spirakel anterior. 24 Desember 2014 sedah
berbentuk larva (instar II). Adapun ciri-ciri dari larva (instar II)
diantaranya yaitu berbentuk lnjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 2mm,
memiliki segmen, bebentuk dan bergerak seperti cacing, sudah memiliki mulat dan
gigi yang berwarna hitam untuk makan, serta sudah memilik spirakel di bagian
anterior.
25 Desember 2014 sudah berbentuk larva (instar III). Adapun ciri-ciri
dari larva (instar III) diantaranya yaitu berbentuk lonjong pipih, berwarna
putih, berukuran ± 3-4 mm, sudah memiliki segmen, berbentuk dan bergerak
seperti cacing, sudah memilii mulut dan gigi yang berwarna hitam, tetapi lebih
besar dan jelas terlihat jika dibandingkan dengan larva (instar II), memiliki
spirakel di bagian anterior, serta sudah terdapat beberapa tonjolan-tonjolan
pada bagian anteriornya.
26 Desember 2014
sudah berbentuk prepupa. Adapun ciri-ciri dari prepupa diantaranya yaitu
terbentuk setelah larva (instar III), menyerap pada dinding petridist, tidak
aktif bergerak serta melekatkan diri, berwarna putih, kutikula keras dan
memendek, tanpa kepala dan juga sayap. 27 Desember 2014 sudah berbentuk pupa.
Adapun ciri-ciri dari pupa diantarnya yaitu tidak bergerak aktif dan melekatkan
diri pada petridist, berwarna putih kecoklatan, kutikula keras, memendek, serat
bersegmen. 28 Desember 2014 sudah berbentuk imago. Adapun ciri-ciri dari imago
diantaranya yaitu tubuhnya sudah dapat dibedakan antara cephala (kepala),
thorax (dada), dan abdomen (perut), serta sudah hampir menyerupai lalat dewasa.
IX. Simpulan
:
1. Lalat
buah (Drosophila melanogaster) memiliki
siklus hidup sekitar 10 hari.
2. Siklus
hidup lalat buah dibedakan menjadi dua tahap, yaitu tahap embrionik dan tahap
post-embrionik.
3. Siklus
hidup lalat buah disebut dengan metafase sempurna.
4. 20-21
Desember 2014 belum terjadi perubahan ataupun perkembangan pada laat buah.
5. 22-28
Desember 2014 sudah terjadi perubahan ataupun perkembangan pada lalat buah
yaitu dimulai dari telur → larva (instar I) → larva (instar II) → larva (instar
III) → prepupa → pupa → imago.
PERCOBAAN : VI
I.
Judul Percobaan : Pembelahan Sel
secara Meiosis
II. Tanggal
Praktikum :
16 Desember 20014
III. Tujuan
Praktikum : 1. Untuk mengetahui fase-fase pembelahan
meiosis pada sel.
2. Untuk membandingkan dan
mendiskusikan
perbedaan fase pembelahan.
3. Untuk mengetahui
kedudukan kromosom
pada fase-fase pembelahan
mietosis.
IV. Dasar
teori :
Meosis
berlangsung pada saat pembentukan sel gamet pada organisme diploid atau pada
saat pembentukan spora nonseksual pada cendawan. Meiosis berlangsung pada sel
atau jaringan nukfah. Pada proses ini terjadi pemisah gugus kromosom, setiap
sel gamet akan menerima separuh dari jumlah kromosom yang terdapat pada sel
induknya. Oleh karena itu meiosis hanya berlangsung pada sel yang mempunyai
jumlah gugus kromosom yang genap, seperti diploid, tetraploid dan sebagainya.
Pembelahan
meiosis pertama (meiosis I) adalah pembelahan reduksional yang menghasilkan dua
sel haploid dari satu sel diploid tunggal. Pembelahan meiosis II (kedua) adalah
pembelahan berimbang (mirip dengan mitosis, dalam artian terjadi pemisahan
kromatid-kromatid saudari dari sel-sel haploid). Pembelahan meiosis (I dan II)
terdiri atas 4 empat fase utama.
Stadium
anestrus, perkembangan oosit mencapai stadium MI menggunakan media yang
ditambahkan serum sapi 10 % sebesar 29,4 % dan pada media yang tidak
ditambahkan serum yang mencapai stadium GUBD sebesar 88,9 % dan tidak terlihat
adanya oosit yang degenerasi. Penambahan serum sapi 10 % pada media kultur
memberikan perkembangan meiosis yang lebih tinggi (P<0,05) dalam mencapai
stadium Mt dari pada control dan oosit dari stadium proestrus mempunyai
kompetensi meiosis yang lebih tinggi (46,5 %) disbanding oosit dari a nestrus
(29,4 %) secara signifikan (P<0,05) tetapi tidak berbeda nyata (P>0,5)
dengan stadium di estrus.
Proses
perkembangan sel dikenal beberapa tipe siklus sel yaitu siklus sel embrionik.,
siklus sel somatis, siklus endore duplikasi dan siklus sel meiosis.
Masing-masing tipe siklus sel mempunyai komponen protein dan enzim yang
berperan secara dominan dalam regulasi siklus pembelahan sel adalah MPF, APC
dan CSF. Masing-masing enzim mempunyai komponen protein dan inhibitor yang
spesifik pada setiap tahap. Siklus pembelahan sel, MPF merupakan suatu enzim
heterodimer yang terdiri dari p34 sebagai suatu sub unit katalik dan cyclinis
sebagai suatu sub unit regulatorik.
V. Alat
dan Bahan :
a.
Alat :
1. Mikroskop
2. Kaca
benda
3. Kaca
penutup
4. Pisau
silet
5. Scalpel/jarum
penggaris
6. Spirtus
7. Tissue
b. Bahan :
4. Kuncup
bunga papaya/sedap malam
5. Larutan
1 M HCL
6. Larutan
asetokarmin/safranin
VI. Cara
Kerja :
a. Meiosis
1. Diambil
bahan yang diamati.
2. Dimasukkan
bahan ke dalam HCL IN selama 1 menit.
3. Diambil
bagian kepala sarinya saja, diletak diatas kaca benda kemudian ditetesi
asetokarmin.
4. Ditekan
atau ditusuk-tusuk kepala sari dengan jarum agar sel-sel indukk pada serbuk
sari dapat dipisahkan.
5. Ditutup
kaca benda dengan kaca penutup. Dilewatkan kaca benda tersebut diatas api
Bunsen.
6. Dibalik
slide tersebut., diletak di atas tissue dan ditekan agak keras dengan
menggunakan ibu jari.
7. Diamati
subjek tersebut di bawah mikroskop. Digunakan
pembesaran rendah (10x) dahulu, kemudian pembesaran lebih tinggi (40x)
dan pembesaran paling tinggi (100x).
8. Digambar
fase-fase meiosis yang dapat ditemukan dan dibandingkan dengan alat peraga.
VII. Hasil Pengamatan :
Gambar : Fase
Telofase
Pembesaran : 10 x 4
|
Keterangan
|
|
1.
Tahap telofase
|
Gambar : Fase Telofase
Pembesaran :10 x 10
|
Keterangan
|
|
1.
Tahap telofase
|
Gambar Pembanding Fase Telofase
VIII. Pembahasan
:
Berdasarkan
hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pembelahan sel secara meiosis
(pembelahan reduksi) akan menghasilkan sel anakan yan g jumlah kromosomnya
separuh dari kromosom induknya. Pembelahan meiosis hanya terjadi pada sel-sel
gamet. Pembelahan sel secara meiosis merupakan pembelahan secara berturut-turut
tanpa adanya fase istirahat (interfase). Tahapan meiosis terdiri atas meiosis I
dan meiosis II.
Tahap
meiosis I yaitu adanya profase I, metaphase I, anaphase I dan telofase I dan
pada meiosis II adanya profase II, metaphase II, anaphase II dan telofase II.
Profase I merupakan kondensasi DNA atau kromosom, untuk mendapat struktur yang
pendek. Profase I dibagi beberapa tahapan yaitu leptonema, zigonema, pakinema,
diplonema dan diakinesis. Sedangkan pada profase II sentriol membelah menjadi
dua dan bermigrasi kekutup yang berlawanan. Metaphase I tetrad berada pada
bidang ekuator. Sedangkan metafaseII kromosom berada pada bidang ekuator.
Anafase I benang spindel memendek dan menarik tetrad ke kutub yang berlawanan
sehingga kromosom homolog dipisahkan.
Anaphase
II sentromer membelah menjadi 2 dua dan bergerak kekutub yang berlawanan. Tahap
telofase I membrane inti terbentuk kembali, membrane sel berkerut dan membentuk
dua sel anakan yang baru. Sedangkan tahap telafose II merupakann tahap terakhir
dan pembelahan sel secara meiosis. Pada tahap meiosis 2 anakan menghasilkan 4
sel anakan haploid (n).
Hasil
pengamatan yaitu pada kuncup bunga papaya (Carica
papaya) dan bunga pukul empat (Mirabilis
jalava) di dapat tahap telofase. Digunakan larutan 1 MHCL pada kuncup bunga
yaitu berfungsi sebagai penghentian/menghentikan pembelahan. Sedangkan fungsi
larutan asetokarmin/safranin untuk memberi warna. Hal tersebut digunakan karena
kromosom menyerap warna safranin yang ada.
IX. Simpulan
:
1. Pembelahan
meiosis akan menghasilkan sel anakan yang jumlah kromosom separuh dari kromosom
induknya.
2. Tahapan
meiosis terdiri atas meiosis I dan meiosis II.
3. Tahap
meiosis I adanya profase I, metaphase I, anaphase I dan telofase I.
4. Tahap
meiosis II adanya profase II, metaphase II, anaphase II dan telofase II.
5. Pada
hasil pengamatan di dapat tahap telofase.
PERCOBAAN
: VII
I.
Judul
Pratikum : Penyusunan dan Analisis Kariotipe Manusia
II.
Tanggal
Pratikum : 6 Januari 2015
III.
Tujuan
Pratikum : 1.
Untuk
menyusun kariotipe
kromosom
2. Untuk
belajarmenganalisa hasil kariotipe
IV.
Dasar
Teori :
Kariotipe merupakan fenotipe dari kromosom yang meliputi
gambaran struktural kromosom, antara lain jumlah, bentuk, posisi sentromel,
penyebaran eukromatin dan heterokromatin serta ukuran satelit.
Kromosom tersebut kemudian disusun berdasarkan pasangan
kromosom yang holmog dan diurutkan berdasarkan ukuran kromosom dan posisi
sentromernya dari yang paling panjang sampai ke yang paling pendek.
Pengaturan ukuran set pada fotograf dari pita-pita
kromosom dapat digunakan untuk melihat pennyusunan kromosom.
Ada 2 gambaran kromosom set dari suatu spesies yaitu
karyogram merupakan fotomikrograf kromosom dari gambaran tunggal sel somatis
meta fase yang dipotong dan disusun pada bagian homolog berdasarkan ukurannya.
Indigram merupakan sediaan yang memperlihatkan komplemen
kromosom haploid dari suatu spesies, yang mana idigram ini merupakan ukuran
dari kromosom somatis metafase.
Jumlah diploid kromosom manusia adalah 46 ( 23 pasang ).
Peneliti yang berhasil menemukan hal ini adalah Tjio dan Levan di tahun 1956.
Ketika dikelompokkan sebagai pasangan homolog,
kromosom somatik suatu sel
menjadi sebuah idagram. Sebelumnya kromosom hanya dibedakan menjadi berdasarkan
panjang dan letak sentromernya pada saat kondensasi maksimal.
Tidak satupun autosom yang bisa diindetifikasi dengan
mudah, akan
tetapi sebuah kromosom dapat dikelompokkan kedalam salah satu dari tujuh
kelompok ( A-G ) berdasarkan klasifikasi dengan sistem Denver.
Kromosom Y adalah kromosom terkecil pada manusia yang
diperlukan untuk perkembangan seksual dan spermatogenesis karena mengandung
sejumlah lokus krusial yang berperan dalam perkembangan seksual normal. Faktor
transkripsi pada lengan pendek kromosom Y (SRY), berperan penting dalam
pembentukan testis. Sedangkan, gen-gen pada regio eukromatik lengan panjang
kromosom Y (Yq11) berperan dalam spermatogenesis normal yaitu azospermia faktor yang terdiri atas AZFa, AZFb, dan AZFc3,4.
V.
Alat
dan Bahan :
a. Alat :
1.
Gunting
2.
Alat
tulis
3.
Penggaris
b. Bahan :
1. Kertas yang berisikan gambar kromosom dalam keadan acak
2. Lem
3. Kertas A4 putih
VI.
Cara
Kerja :
1.
Dibaca
dibagian studi kasus yang terdapat dilembaran lampiran.
2.
Disiapkan
kertas dibagian lampiranyang telah disi gambar kromosom dalam keadan yang sudah
diacak.
3.
Diguting
masing-masing kromosom dengan menggunakan gunting.
4.
Dipsang
masing-masing kromosom dengan kromosom homolognya.
5.
Ditempatkan
pengelompokan kariotipe kromosom sesuai dengan bentuk kromosom dan diurutkan
sesuai nomor.
6.
Dibuat
analisa dari hasil kariotipe tersebut.
VII. Hasil Pengamatan :
Gambar : Kromosom
Metasentrik
|
Keterangan
|
|
1.
Sentromer
2.
Lengan kromosom
|
Gambar : Kromosom
Submetasintrik
|
Ketrangan
|
|
1.
Sentromer
2.
Lengan kromosom
|
Gambar : Kromosom Aksometasintrik
|
Keterangan
|
|
1.
Sentromer
2.
Lengan kromosom
|
Gambar : Kromosom
Telosentrik
|
Keterangan
|
|
1.
Sentromer
2.
Lengan kromosm
|
Gambar
Pembending Bentuk-bentuk Kromosom
Gambar Susunan Kromosom
Normal pada Manusia
VIII.
Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa. Kromosom merupakan benang-benang halus yang berbentuk panjang atau pendek
dan lurus atau bengkok yang terletak didalam inti sel.
Kromosom pembawa materi genetik.
Disetiap kromosom terdiri atas satu molekul DNA yang
sangat panjang dan protein-protein yang terasaiasi dengan DNA tersebut.
Kromosom terbagi dua bagian utama,
yaitu sentromer dan
lengan kromosom. Sentromer merupakan bagian kromosom yang berfungsi
sebagai tepat melekatnya lengan kromosom. Lengan kromosom bagian utama berisi materi-materi genetik
yang berupa DNA yang merupakan kode untuk mengsintesis protein.
Kariotipe merupakan suatu gambaran kromosom didalam suatu
sel dengan berbagai struktur dari masing-masing kromosom tersebut.Kariotipe
bisa digunakan untuk mengindetifikasi berbagai kelainan kromosom.
Manusia normal mempunyai kromosom 46 XX untuk wanita dan
46 XY untuk pria. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan pada kromosom diantaranya
adalah klineferlter’s sindrome, down’s sidrome, dan trisomy 13 sindrome dan
lain-lain sebagainya.
Hasil dari penyusan dan menganalisa kariotipe manusia
yang sudah diacak, maka memperoleh hasil susunan kromosomnya normal.
Hal ini disebabkan karena tidak terdapatnya kelebihan
atau kekurangan kromosom.Adapun rumus kromosomnya yaitu 46,XY.
Berdasarkan hasil dari menganalisa tersebut dapat di
ketahui bahwa penyebab masalah pada pasien tersebut tidak disebabkan oleh
kelainan jumlah kromosom, akan tetapi disebabkan oleh hal lain.
IX.
Simpulan :
1. Kromosom terdiri dari dua bagian utama,yaitu sentromer
dan lengan kromosom.
2. Kariotipe beerfungsing untuk mengindetifikasi berbagai
kelainan kromosom.
3. Rumus untuk kromosom normal = 46,
XY.
4. Manusia normal mempunyai kromosom 46 XX untuk wanita da
46 XY untuk pria.
5. Hasil dari penyusan dan menganalisa kariotipe manusia
yang sudah diacak, memperoleh hasil susunan kromosomnya normal.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus Hery
Susanto, Genetika, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011.
Agus
Kardian., Mengenal Lebih Dekat Tanaman Pengendali
Lalat Buah, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2006.
Athur C. Guiton,
Fisiologi Kedokteran II, Jakarta: EGC, 2007.
Deni Supriharti, ddk., Indetifikasi Karyotipe Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.) Kuitivar Berastagi Sumatera Utara, Jurnal Biologi
Sumatera,Vol. 2, No. 1,
2007.
Diong Hon Tjong, ddk.,
Kariotipe Rana chaiconata Kompleks yang terdapat di Sumatra Barat, Jurnal Biospesies, Vol.5, No.2, 2013.
Frizal
Amy Oktarisna, dkk., Pola Pewarisan Sifat Warna Polong pada Hasil Persilangan
Tanaman Buncis (Phoseolus vulgaris L.)
Varietas Introduksi dengan Varietas Lokal, Jurnal
Produksi Tanaman, Vol. 1, No. 2, 2013.
George
H. Fried dan George J. Hademenos., Biologi
Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga, 2005.
Harry
Musti, dkk., Regulasi Siklus Sel : Kunci Sukses Somatic Cell Nuklear Transfer, Jurnal
Cdk, Vol. 34, No. 6, 2007.
Jodion
Siburian., Studi Keanekaragaman Drosophila
sp. di Kota Jambi, Jurnal Biospesies,
Vol. 1, No. 2, 2008.
Maimun
Barnawi., Pola segresi dan Heritabilitas Sifat Ketahanan Kedelai terhadap
Coepea Mild Mottle Virus Populasi Wilis X MLG 2521, Jurnal HTP Tropika, Vol. 7, No. 4, 2007.
Muhammad
Jusuf., Genetika 1 Struktur dan Ekspresi Gen, Jakarta : Infomedika, 2011.
Neil A.
Campbell, dkk., Biologi Edisi Ke-5 Jilid
3, Jakarta: Erlangga, 2003.
Nita
Etikawati, Studi Sitotaksonomi Pada
genus zingeber Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta, Vol. 1. No. 1, 2000.
Siti
Herlinda, dkk., Spesies Lalat Buah yang Menyerang Sayuran Solanaceae dan
Cucurbitaceae di Sumatera Selatan, Jurnal
Hortikutura, Vol. 18, No. 2, 2008.
Siti wasilah,Profil sitogeni
Kromosom Y Pada Laki-laki Normal, Jurnal Mandala of Earth,Vol. 4,No. 2, 2010.
Sri
Hartati, dkk., Pola Segregrasi Karakter Agronami Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril.) Generasi F2
Hasil Persilangan Wilis X B3570, Jurnal
Agrotek Tropika, Vol. 1, No. 1, 2013.
Suminah.,
Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium
ascolonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin, Jurnal Biologi FMIPA UNS
Surakarta, Vol. 3, No. 1,
2002.
Sunarno
dan Stefan Popoko., Keragaman Jenis Lalat Buah (Bactrocera sp.) di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara, Jurnal Agroforestri, Vol. VIII, No, 4, 2013.
Susan
Elrond dan William D. Stansfield., Genetika
Edisi Ke-4, Jakarta: Erlangga, 2002.
Yuda
Heru Fibrianto, dkk., Pengaruh Penambahan Serum Sapi pada Media Kultut Terhadap
Kompetensi Meiosis Oosit Anjing dari Berbagai Stadium Fitrus Secara Invitro, Journal
Sains Vet, Vol. 29, No. 1, 2011.
Yulia
Pujiastuti., Perkembangan Pradewasa dan Lama Hidup Imago Psyttalia sp. (Hymenoptera = Branconidae), Parasitonoida Larva
Lalat Buah Bactrocera dorsalis Hend
(Diptera = Tephritidae), Jurnal of
Envirometal Engineering, Vol. 5, No. 3, 2009.
SEMOGA BERMANFAAT :)