Sabtu, 07 Februari 2015

Laporan Akhir Genetika



Laporan  Akhir
GENETIKA
Disusun oleh

Kelompok III

UNIT I


logo iain.jpg




JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2014/2015


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
GENETIKA
Disusun Oleh  :

UNIT I
KELOMPOK :  III
BETHARIA                          NIM: 281223095
DEVI SUSANTI                   NIM: 281223092
DESSRI WAHYUNI            NIM: 281223096
INDRI YETTI                      NIM : 281223093
SHAHIBUL ANNAS           NIM: 281223091
SRI AYU FITRIA                NIM: 281223097
                
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh,

    Koordinator                                                                            Asisten  Meja

   Muzayyana, S.Pd.I                                                             Cut Ratna Dewi, S.Pd.i
Dosen Pembimbing

Arif Sardi, M. Si

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH swt yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya dan shalawat dan salamaa kedapa nabi kita Muhammad saw, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Laporan  ini diharapkan mampu membantu penulis dan mahasiswa lainnya dalam memperdalam mata kuliah “Genetika” dalam kegiatan belajar.
Kami berharap laporan ini dapat memenuhi persyaratan dan bisa diterima oleh masyarakat banyak. Meskipun laporan ini masih jauh dari suatu nilai kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kami dengan segenap kesadaran diri penulis sangat mengharapkan saran dan kritik para pembaca yang dapat membantu kami untuk lebih memahami pengkajian ini.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen, Laboran, Koordinator, Asisten Meja dan para pembaca yang sudah berkenan membaca laporan ini dengan tulus ikhlas. Semoga laporan ini bermanfaat, khususnya bagi kami, mahasiswa-mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Biologi dan pembaca umum lainnya. Amin.


Banda Aceh,  13 Januari 2015

                                                                       
                                                                                                   Penulis


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
Percobaan I   : Pembelahan Sel Secara Mitosis.......................................................... 1
Percobaan II  : Mendel I............................................................................................ 8
Percobaan III : Mendel II.......................................................................................... 14
Percobaan IV : Morfologi Drosophila melanogaster................................................. 22
Percobaan V  : Silkus Drosopihila melanogaster....................................................... 28
Percobaan VI : Pembelahan Sel Secara Mitosis......................................................... 32
Percobaan VII: Penyusunan dan Analisis kariotipe Manusia.................................... 48
Daftar Pustaka......................................................................................................... 55

PERCOBAAN : I
I.          Judul Percobaan            : Pembelahan Sel secara Mitosis
II.       Tanggal Praktikum       : 18 November 2014
III.    Tujuan Praktikum        : 1. Untuk mengetahui fase-fase pembelahan mitosis
pada sel.
2. Untuk membandingkan dan mendiskusiakan
perbedaan fase pembelahan.
3. Untuk mengetahui kedudukan kromosom pada
fase-fase pembelahan mitosis akar Allium cepa.
IV.    Dasar teori                      :
Mitosis sel adalah pembelahan sel yang sesungguhnya menjadi 2 sel baru disebut sebagai mitosis. Begitu kromosom telahberiplikasi sebagai dua kromatid, dibanyak sel, mitosis akan menjadi secara otomatis dalam 1 sampai 2 jam. Salah satu peristiwa awal dari proses mitosis yang terjadi pada sitoplasma, terjadi selama bagian akhir dari interfase di dalam atau disekelilingi struktur-struktur kecil yang di sebut sebagai sentriol. Dua pasang sentriol 1 terletak berdekatan satu sama yang lain, dekat dengan salah satu kutub nucleus. Segera sebelum mitosis berlangsung, kedua pasang sentriol mulai bergerak menjauhi satu sama lain. Hal inidi sebabkan oleh polimerasi protein mikrotubulus yang tumbuh di antara pasang sentriol yang berurutan dan benar-benar mendorong ke dua sentriol tersebut menjauh.[1]
Fungsi mitosis yang pertama adalah membuat salinan yang persis sama dari setip kromosom, lalu membagikan set identic kromosom kepada masing-masing dan kedua sel keturunan. Atau sel anakan, melalui sel pembelahan awal (sel induk). Interfase adalah periode diantara dua mitosis yang berurutan dan terdiri atas tiga fase G1, S1 Dan G2. Selama fase S  (sintesis). Molekul-molekul DNA dari masing-masing kromosom menjadi replikasi hingga menghasilkan sepasang molekul DNA identic yang di maksud kromatid.[2]
Mitosis terjadi pada proses kebanyakan sel pada sel pertumbuhan suatu jaringan. Contoh perbanyakan sel misalnya pembentukan sel-sel darah merah setiap saat dibentuk sel-sel baru untuk menggantikan sel yang rusak ; sedangkan pertumbuhan jaringan terjadi pada daerah titik tumbuh. Pada saat kebanyakan sel atau tumbuhan jaringan rangkaian proses G1 - - S G2 – M akan di ulang berkali – kali. Secara garis besar mitosis dapat di bagi dalam empat tahap yaitu : profase, metaphase, anaphase dan telophase.[3]
Bawang merah (Allium cepa) merupakan sayuran umbi yang multi guna dapat di gunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap masakan, di samping sebagai obat tradisonal karena efek anti septik senyawa anilin dan alisin yang di kandungnya (Rukmana, 1994), bahan aktef minyak atsiri bawang merah terdiri dari sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin , dan floroglusin . bawang merah termasukdalam divisi spermatophyta, sub divisi Anggiospermae, kelas monocotyledonae, ordolilialis, family liliceacea, genus Allium, spesies Allium ascolonicum l, sinonim Allium cepa.[4]
Pembelahan mitosis pada genus zingeber. Hasilnya diketahui bahwa waktu pembelahan sel mitosis paling optimum terjadi pada pagi hari, dengan puncaknya antara jam 08:10 zingeber (L) J.K memiliki jumlah kromosom 2n = 32 panjang pasangan kromosom sangat bervariasi, dimana beberapa kromosom memiliki panjang hampir 3 r2m, namun beberapa sisanya memiliki panjang hanya sekitar 12 m, hampr 3 r2m, namun beberapa sisanya memiliki panjang hanya sekitar 12m, kromosom umumnya berbentuk tipis memanjang hampir seluruh bertipe metasentris.[5]
V.       Alat dan Bahan              :
a.       Alat                            :
                           1.         Mikroskokop
                           2.         Kaca benda dan kaca penutup
                           3.         Pisau silet
                           4.         Scalpel/jarum pengiris
                           5.         Spirtus
                           6.         Tissue
b.      Bahan                                    :
1.      Akar bawang merah (Allium cepa)
2.      Larutan 1 M HCl
3.      Larutan setokarmin/safranin

VI.    Cara Kerja                     :
a.       Mitosis
                           1.         Diletakan umbi bawang di atas wadah yang terisi air. Rendam 3 – 5 hari sampai akarnya tumbuh 2 – 3 cm.
                           2.         Dipotong ujung akar bawang merah dengan pisau silet sepanjang 1 cm.
                           3.         Diteteskan larutan 1 M HCl kedalam gelas pengamat.
                           4.         Direndam potongan ujung akar sepanjang 1 cm diatas Hcl tersebut, lebih kurang 5 menit.
                           5.         Diambil kaca benda dan ditetesin larutan asetokarmin/safranin.
                           6.         Diujung akar yang sudah direndam tersebut dan dipindahkan kekaca benda yang sebelumnya telah ditetesin dengan asetokarmin.
                           7.         Dipipihkan akar bawang di atas kaca benda dengan scalpel/jarum pengiris sampai halus dan sampai terputus.
                           8.         Ditutup kaca benda dengan kaca penutup. Dilewatkan kaca benda tersebut di atas api bunsen.
                           9.         Kemudian balik slide tersebut, letakan di atas tissue dan ditekan agak keras dengan menggunakan ibu jari
                         10.       Diamati objek tersebut di bawah mikroskop. Digunakan pembesaran rendah (10x) dahulu, kemudian pembesaran lebih tinggi (40x), dan pembesaran lebih tinggi (100x).
                         11.       Digambarkan fase – fase mitosis yang dapat ditemukan dan di bandingkan dengan alat peraga.

VII. Hasil Pengamatan                      :
Gambar          : Fase Profase
Pembesaran   : 10 x 10
Keterangan

         1.         Inti sel
         2.         Sitoplasma





Gambar          : Fase Telofase
Pembesaran   : 10 x 10
Keterangan

         1.         Inti sel
         2.         Sitoplasma







 Gambar Pembanding
Fase Telofase

Fase Telofase




VIII.       Pembahasan              :
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, dapat diketahui bahwa sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil penyusun tubuh mahkluk hidup. Salah satu ciri makhluk hidup adalah dapat melakukan reproduksi. Reproduksi sel adalah proses menghasilkan sel-sel baru yang meliputi proses duplikasi diri dan pembahasan komponen genetik yang sama. Pembelahan sel dibedakan menjadi pembelahan secara langsung amitosis, mitosis dan meiosis.
Mitosis merupakan proses pembelahan dimana gamet betina setelah dibuahi oleh gamet jantan akan bersifat diploid (2n) dan dinamakan zigot. Dalam perkembangannya, zigot ini akan membelah berkali-kali. Sebelum mitosis berlangsung, kedua pasang sentriolnya mulai bergerak menjauhi satu sama yang lain. Hal ini di sebabkan oleh merasi protein mikrotubulus yang tumbuh diantara pasangan sentriol yang berurutan dan benar-benar mendorong kedua sentriol tersebut menjauh.
Jaringan yang mudah untuk di telaah mitosis ialah meristem pada titik tumbuhan akar bawang. Sebelum melakukan percobaan pada akar bawang merah, terlebih dahulu diletakan umbi bawang di atas wadah yang berisi air, direndam selama 3-5 hari sampai akarnya tumbuh 2-3 cm. kemudian dipotong ujung akar bawang merah dengan larutan 1M HCl kedalam gelas pengamat, direndam potongan ujung akar sepanjang 1 cm di atas HCl tersebut, lebih kurang selama 5 menit. Selanjutnya diambil kaca benda dan ditetesin larutan esetokarmin/safranin ujung akar yang sudah direndam tersebut dipindahkan kekaca benda yang sebelumnya di tetesin dengan safranin. Lalu dipipihkan akar bawang diatas kaca benda dengan scal/jarum pengiris sampai halus dan jaringan sampai terputus, terakhir baru ditutup kaca benda dengan kaca penutup.
Pembelahan mitosis secara garis besar memiliki 4 (empat) tahap pembelahan mitosis yaitu: 1. Profase, pada tahap ini yang terpenting adalah benang-benang kromatin menebal menjadi kromosom dan kromosom mulai berduplikasi menjadi kromatid, membrane intinya sedikit menghilang dan mulai membentuk benang-benang gelendong. 2. Metaphase pada tahap ini kromosom/kromatid berjejer teratur dibidang pembelahan/bidang equator, sehingga tahab inilah kromosom/kromatid mudah diamati dan dipelajari. 3. Anaphase pada tahab ini kromatid akan tertarik oleh benang gelendong menuju kutub-kutub pembelahan sel. 4. Telofase, pada tahab ini membrane inti tempat pembentukan benang-benang gelendong. Pada tahab ini terjadi peristiwa kariokinesis (pembagian inti menjadi dua bagian), dan sitokinesis (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian). Berdasarkan hasil pengamatan dari akar bawang merah (Allium cepa) tahap pembelahan mitosis yang tampak yaitu profase, interfase dan telofase.

IX.    Simpulan                        :  
            1.         Pembelahan sel terjadi secara langsung amitosis mitosis dan meiosis.
            2.         Mitosis merupakan pembelahan sel dimana gamet betina setelah dibuahi oleh gamet jantan akan bersifat diploid (2n) dan dinamakan zigot
            3.         Bawang merah direndam selama 3-5 hari sampai akhirnya tumbuh 2-3 cm.
            4.         Pembelahan mitosis secara garis besar memiliki 4 tahap yaitu:1. Profase, 2. Metaphase, 3. Anaphase, 4. Telofase.
            5.         Tahap telofase ada dua yaitu: kariokinesis dan sitokinesis.











PERCOBAAN : II
    I.         Judul Praktikum            : Hukum Mendel I
  II.        Tanggal Praktikum        : 25 November 2014
 III.      Tujuan Praktikum         : 1. Mencari angka-angka perbandingan sesuai
dengan hukum   Mendel I
                                           2. Menentukan nisbah teoritis sama atau mendekati
nisbah  pengamatan  
                                          3. Memahami pengertian dominan, resesif, genotype
dan fenotipe

IV.    Dasar Teori                     :
            Gregor Mendel mepublikasikan hasil penelitian genetikanya pada kacang ercis ditahun 1866, dan karenanya meletakkan dasar genetika modern. Dalam naskah kerjanya, Mendel mengajukan sejumlah prinsip dasar genetika. Salah satu yang dikenal saat ini adalah hokum segregasi. Mendel dinyatakan sebagai orang pertama yang mengajukan model dimana masing-masing induk mengandung dua salinan unit pewarisan (yang sekarang disebut gen) bagi masing-masing sifat, akan tetapi hanya satu dari kedua gen (sebuah alel) yang ditransmisikan melalui gamet pada keturunannya.[6]  
             Mendel mengambil serbuk sari dari bunga tanaman yang bijinya berlekuk dan diserbukkan pada putik dari bunga tanaman yang bijinya bulat. Semula keturunan F1 yang berupa suatu hybrid berbentuk tananaman yang bijinya bulat. Ketika menyilangkan tanaman-tanaman F1 didapatkan keturunan F2 yang memperlihatkan perbandingan fenotip kira-kira 3 biji bulat : 1 biji berlekuk. Disini tampak bahwa terdapat dominansi sepenuhnya, maka persilangan monohybrid menghasilkan 4 kombinasi dalam keturunan dengan perbandingan fenotip 3 : 1. Juga dapat diketahui bahwa suatu individu dapat memiliki fenotip sama (contohnya tanaman berbiji bulat) tetapi memiliki genotip yang berlainan (contohnya BB dan Bb). Dari percobaan diatas Mendel dapat mengambil kesimpulan bahwa waktu pembentukan gamet-gamet (serbuk sari dan sel telur) maka gen-gen yang menentukan suatu sifat mengadakan segregasi (memisah), sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Berhubung dengan itu prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum I dari Mendel yang dikenal dengan nama “The Law Of Segregation Of Allelic Genes” (hokum pemisahan gen yang se alel).[7]
            Beberapa parameter genetic yang dapat digunakan sebagai pertimbangan supaya seleksi efektif misalnya besarnyan nilai keragaman genetik, heritabilitas, pola segregasi, jumlah gen dan aksi gen pengendali karekter yang menjadi perhatian. Seleksi suatu karakter yang diinginkan akan lebih berarti jika karakter tersebut mudah diwariskan. Mudah tidaknya pewarisan suatu karakter dapat diketahui dari besar nilai heritabilitasnya.[8]
            Crowder (1997) mengatakan bahwa sifat kualitatif pada tanaman, banyak diatur oleh satu gen. apabila dihubungkan dengan jalur biasintesiskaratenoid gen tunggal pada warna polong kuning dipengaruhi oleh enzim lycopene β-cycelase. Hal ini ditunjukkan pada jalur biasintesiskaratenoid, dimana dari lycopane membentuk β-carotin membutuhkan satu gen yaitu BLCY (Lycopene β-Cycelase) yang mengitroduksi cincin β-ionone pada salah satu dari translycopene untuk menghasilkan β-carotene.[9]

V.     Alat dan Bahan               :
a.      Alat                            :
1.      Model gen (kancing genetika) 2 warna
2.      2 buah stoples

b.      Bahan                         : -
VI.   Cara Kerja                       :
1.      Diambil model gen merah dan putih, masing-masing 30 pasangan atau 60 biji (30 jantan  dan 30 betina).
2.      Disisihkan satu model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu merah dan individu putih.
3.      Dibuka pasangan gen di atas (langkah 2), ini dimisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh individu merah maupun putih.
4.      Digabung model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil persilangan atau F1, keturunan individu merah dan individu putih.
5.      Kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan rumus Chi Square.




















VII.     Hasil Pengamatan            :
Tabel 2. 1 Hasil Pengamatan Fenotip (3:1)
Kelas Fenotip
O
E
O-E=d
d-  (0,5)
= / E
Hijau
22
 x30=22,5
22-22,5= -0,5
-0,5 – 0,5= - 1
=1
=  = 0,04
Kuning
8
x30=7,5
8-7,5 = 0,5
0,5 – 0,5= 0
=0
0
0,04
Peluang yang terjadi antara 0,95 dan 0,80
Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Genotip (1:2:1)
Kelas Genotip
O
E
O-E=d
d-  (0,5)
= / E
HH (Hijau)
7
 x30=7,5
7-7,5= -0,5
-0,5 – 0,5= - 1
=1
=  = 0,133
Hh (Hijau)
15
x30=15
15-15 = 0
0 – 0,5= -0,5
=0,25
=  = 0,016
   Hh (Kuning)
8
x30=7,5
8-7,5 = 0
0,5 – 0,5= 0
0
0
0,146
Peluang yang terjadi antara 0,95 dan 0,80

VIII. Pembahasan                 :
            Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hukum Mendel I dikenal sebagai hukum segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. Pasangan gen pada kromosom homolognya disebut alel.
            Ada 2 istilah dalam hukum Mendel I yaitu genotip dan fenotip. Fenotip adalah suatu ciri atau sifat (baik berupa struktural biokimia fisiologi ataupun tingkah laku) yang bisa diamati dari suatu organisme. Dikendalikan oleh genotip dan lingkungan serta interaksi keduanya. Contoh pada percobaan yaitu warna hijau dan kuning. Kedua ada istilah genotip, yaitu urutan genetis yang mengkode suatu ciri dari suatu organisme. Biasanya dilambangkan dengan huruf-huruf kapital untuk dominan, huruf kecil untuk resesif pada percobaan yaitu HH, Hh, hh.
            Perbandingan fenotip pada hokum Mendel I yaitu 3:1 dan perbandingan genotipnya yaitu 1:2:1. Pada pengamatan untuk mendapatkan nilai peluang, harus lihat pada tabel chi square). Pada tabel  semakin kecil nilainya menunjukkan bahwa data yang diamati semakin tipis perbedaanya dengan yang diharapkan. Sebaliknya semakin nilainya menunjukkan besar pula menyimpangannya. Pada tabel , pada peluang=0,05 adalah batas terima atau ditolaknya data percobaan. Pada tabel pengamatan fenotip didapati hasil kelereng warna hijau jumlahnya adalah 22 pasangan yang terambil, sedangkan kelereng warna kuning hanya 8 pasangan. Fenotip (hijau) setelah melewati beberapa cara ditemukan hasil = 0,04 sedangkan fenotip (kuning) = 0. Jadi, dari hasil =0,04 maka diperoleh peluang 0,95-0,80 (lihat pada tabel barisan pertama untuk fenotip). Pada tabel pengamatan genotip diperoleh hasil HH= 7 pasangan, Hh= 15 pasangan dan hh= 8 pasangan. Dengan melakukan beberapa cara maka diperoleh dari ketiga genotip tersebut, yaitu HH, =0, 133, Hh, = 0,016 dan hh, = 0. Jadi dari hasil = 0,146 maka diperoleh peluang antara 0,95 dan 0,80 juga.        
IX.     Simpulan                       :
1.      Hukum Mendel I dikaji pada persilangan monohibrid.
2.       Pasangan gen pada kromosom homolognya disebut alel.
3.      Genotip pada percobaan Mendel yaitu HH, Hh dan hh sedangkan fenotipnya yaitu kelereng warna hijau dan kelereng warna kunig.
4.      Peluang 0,05 (pada tabel ) adalah batas diterima atau ditolaknya data percobaan.
5.       Tabel pengamatan fenotip dan genotip pada percobaan Mendel I keduanya diperoleh nilai peluang antara 0,95 dan 0,80.















PERCOBAAN : III
I.          Judul Praktikum             : Mendel II
II.       Tanggal Praktikum         : 2 Desember 2014
III.   Tujuan Praktikum          : 1. Untuk mencari angka-angka perbandingan yang
sesuai dengan hukum Mendel.
2. Untuk menentukan nisbah teoritis sama atau
mendekati nisbah pengamatan.

IV.    Dasar Teori                      :
            Hukum Mendel kedua, disebut juga dengan hukum perpasangan bebas (The Low Of Independent Assortment) atau hukum karakter satuan (The Low Unit Character), mengekspresikan konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara bebas. Lebih jauh lagi, rasio-rasio dari fenotipe yang berbeda dapat dikalkulasikan dengan mudah melalui hukum-hukum probabilitas untuk masing-masing kelas. Mendel menggunakan logika untuk memperkirakan frekuensi kelas-kelas yang diperoleh ketika melakukan persilangan F1 tanaman dihibrid (heterozigot untuk dua sifat yang berbeda) untuk mempelajari pewarisan dua sifat atau lebih.[10]
            Suatu karakter di dalam populasi F2 tersebut dikendalikan oleh banyaknya gen dan merupakan karakter kuantitatif. Pada karakter kuantitatif, masing-masing gen mempunyai konstribusi kecil di dalam pewarisan suatu karakter, sehingga efek-efek indivudualnya tidak bisa dideteksi oleh metode Mendelian. Penampilan karakter kuantitatif tersebut juga dipengarusi secara nyata oleh lingkungan di sekitarnya. Hal ini akan menyebabkan pola segregrasi kerakter ini tidak mengikuti nisbah Mendel ataupun modifikasinya.[11]
            Percobaan-percobaan persilangan secara teori akan menghasilkan keturunan dengan nisbah tertentu. Nisbah teoritis ini pada hakikatnya merupakan suatu peluang untuk memperoleh suatu hasil, baik berupa fenotipe maupun genotipe. Peluang munculnya suatu kejadian dapat didefinisikan sebagai suatu nisbah munculnya kejadian tersebut terhadap seluruh kejadian. Adapun nilai peluangnya yaitu berkisar dari 0 (0%) hingga 1 (100%).[12]
            Keragaman genetik yang luas memberikan kesempatan kepada pemula untuk dapat melakukan seleksi. Seleksi adalah suatu proses pemuliaan tanaman dan merupakan dasar dari seluruh perbaikan tanaman untuk mendapatkan kurtivar unggul baru. Keberhasilan seleksi tergantung kepada para pemulia tanaman untuk memisahkan genotipe-genotipe unggul dari suatu genotipe yang tidak dikehendaki. Beberapa parameter genetik yang dapat digunakan sebagai pertimbangan supaya seleksi dapat berjalan secara efektif yaitu misalnya dengan besaran nilai keragaman genetik, hetitabilitas, pola segresi, jumlah gen serta aksi gen pengendali.[13]

V.       Alat dan Bahan               :
a.       Alat                             :
1.      Model gen (kancing genetik 2 warna dan kelereng 2 waraa)
2.      Dua buah stoples

b.      Bahan                          :

VI.    Cara Kerja                      :
1.      Diambil masing-masing 30 kancing warna kuning dan warna hijau serta kelereng warna merah dan putih. Di dalam hal ini kelereng yang berwarna merah (B) adalah pembawa sifat untuk biji bulat dan dominan terhadap kelereng yang berwarna putih (b). Sedangkan kancing yang berwarna kuning (K) adalah pembawa sifat untuk warna biji. Kancing yang berwarna kuning dominan terhadap kancing yang berwarna hijau (k).
2.      Digunakan kancing yang berwarna kuning, hijau serta kereleng yang berwarna putih dan merah, ataupun sebaliknya. Hal ini akan menggambarkan hasil dari suatu persilangan F1 dari keturunan individu bulat dan kuning.
3.      Dipilih secara acak kancing dan kelereng serta dicatat setiap pasangan gen yang diambil di dalam tabel pengamatan.
4.      Dicatat hasil kembinasi yang didapatkan. Bila yang diambil kancing dan kelereng (gamet) pasangan putih – kuning (bK) dari yang diambil kancing dan kelereng berwarna merah – hijau (Bk), maka kobinasi genotipenya adalah BbKk. Demikian juga untuk seterusnya.
5.      Kemudian dihitung perbandingan nisbah fenotipe dan genotype.
6.      Kemudian dilakukan pengujian dengan digunakan rumus chi square.

VII. Hasil Pengamatan           :
Tabel 3.1 Pengamatan Nisbah Fenotipe
No.
Fenotipe
Frekuensi
1.
Merah kuning
13
2.
Merah kisut
6
3.
Hijau bulat
10
4.
Hijau kisut
1
Jumlah
30

Fenotipe
O
E
O – E = d
 =
Merah Bulat
13
 x 30 = 16,87
13 – 16,87 = -3,87
 =  = 0,88
Merah kisut
6
 x 30 = 5,62
6 – 5,62 = 0,38
 =  = 0,025
Hijau bulat
10
 x 30 = 5,62
10 – 5,62 = 4,38
 =  = 3,41
Hijau kisut
1
 x 30 = 1,87
1 – 1,87 = -0,87
 =  = 0,40
Jumlah
4,715
Jadi, peluang antara 0,20 dan 0.05 (Tersembunyi)
Keterangan:
1.      Kancing warna kuning = bulat (B)
2.      Kancing warna putih = kisut (b)
3.      Kelereng warna merah = merah (M)
4.      Kelereng warna hijau = hijau (m)

Tabel 3.2 Pengamatan Nisbah Genotipe
No
Genotipe
Frekuensi
 1.
MMBB
2
2.
MMBb
3
3.
MmBB
4
4.
MmBb
4
5.
MMbb
4
6.
Mmbb
2
7.
mmBB
3
8.
mmBb
7
9.
mmbb
1
Jumlah
30

Genotipe
O
E
O – E = d
 =  
MMBB
2
 x 30 = 1,87
2 – 1,87 = 0,13
 =  = 0,008
MMBb
3
 x 30 = 3,75
3 – 3,75 = -0,75
 =  = 0,149
MmBB
4
 x 30 = 1,87
4 – 1,87 = 2,13
 =  = 2,425
MmBb
4
 x 30 = 3,75
4 – 3,75 = -0,75
 =  = 0,149
MMbb
4
 x 30 = 7,5
4 – 7,5 = 3,5
 =  = 1,633
Mmbb
2
 x 30 = 3,75
2 – 3,75 = -1,75
 =  = 0,816
mmBB
3
 x 30 = 1,87
3 – 1,87 = 1,13
 =  = 0,682
mmBb
7
 x 30 = 3,75
7 – 3,75 = 3,25
 =  = 2,816
Mmbb
1
 x 30= 1,87
1 – 1, 87 = - 0,87
 =  = 0,404
Jumlah
9,082
Peluang antara 0,50 dan 0,20
Keterangan:

1.      MMBB = Merah bulat
2.      MMBb = Merah bulat
3.      MmBB = Merah bulat
4.      MmBb = Merah bulat
5.      MMbb = Merah kisut
6.      Mmbb = Merah kisut
7.      mmBB = Hijau bulat
8.      mmBb = hijau bulat
9.      mmbb = Hijau kisut


VIII.       Pembahasan              :
Hukum Mendel II dikenal sebagai The Law of Independent Assortmen of Genes (hukum pengelompokan gen secara bebas) yang berbunyi progeny dari F1 terdiri dari gabungan ciri yang berlainan dan segresi ciri ini babas atau tidak dipengaruhi satu sama lain. Hukum Mendel II digunakan untuk persilangan dihibrid atau persilangan polihibrid, yaitu persilangan dari dua individu yang memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda.
Berdasarkan dari pengamatan yang telah dilakukan pada persilngan dihibrid yaitu persilngan dengan dua sifat beda. Pada pengamatan persilangan dihibrid digunakan dua kelereng dengan warna yang berbeda dan dua kancing genetik dengan warna yang berbeda. Kelereng yang berwarna merah 30 butir untuk menunjukkan warna yang dominan (M) terhadap 30 butir kelereng yang berwarna hijau (m). kancing genetik yang digunakan akan menunjukkan sifat. Kancing genetik yang berwarna kuning dominan (K) terhadap kancing genetik yang berwarna putih (b) yang menunjukkan sifat kisut. Jumlah dari masing-masing warna kancing genetik yang digunakan adalah sebanyak 30 butir.
 Setelah dilakukan pengambilan secara acak di dalam stoples maka gamet yang terambil adalah MMBB = 2, MMBb = 3, MmBB = 4, MmBb = 4, MMbb = 4, Mmbb = 2, mmBB = 3, mmBb = 7, mmbb = 1. Dari hasil gamet yang diperoleh tersebut maka dapat dibuat perbandingan di dalam nisbah genotype menjadi 1:2:1:2:4:2:1:2:1. Sedangkan untuk nisbah fenotipe adalah 9:3:3:1. Hal ini diperoleh dari hasil gamet bulat yang berjumlah 13, merah kisut berjumlah 6, hijau bulat berjumlah 10 dan hijau kisut berjumlah 1.
Berdasarkan dari data pada tabel pengamatan nisbah fenotipe dapat diketahui bahwa pada kelas fenotipe merah bulat untuk pengamatan (O) berjumlah 13, merah kisut berjmlah 6, hijau bulat berjumlah 10 dan hijau kisut berjmlah 1. Untuk expacted (E) untuk merah bulat berjumlah 16,87, merah kisut berjumlah 5,62, merah hijau berjumlah 5,62, dan hijau kisut berjumlah 1,87. Untuk deviasi (O – E = d) untuk merah bulat berjumlah -3, 87, merah kisut berjumlah 0,38, hijau bulat berjumlah 4,38, dan hijau kisut berjumlah -0,87. Selanjutnya dimasukkan de dalam rumus chi square maka diperoleh hasil untuk merah bulat berjumlah 0,88, merah kisut berjumlah 0,025, hijau bulat berjumlah 3,41 dan hijau kisut berjumlah 0,40. Setelah semuanya dijumlahkan maka menghasilkan 4,715. 4,715 di dalam tabel chi square berada diantara 0,20 dan 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa 4.715 memiliki peluang diantara 0,20 dan 0,05, serta menunjukkan bahwa peluang ini dapat diterima dan tersembunyi.
Berdasarkan dari data tabel nisbah genotipe, dapat diketahui bahwa pada kelas genotipe pengamatan (O) untuk MMBB berjumlah 2, MMBb berjumlah 3, MmBB berjumlah 4, MmBb berjumlah 4, MMbb berjumlah 4, Mmbb berjumlah 2, mmBB berjumlah 3, mmBb berjumlah 7, serta mmbb berjumlah 1. Expected (E) untuk MMBB berjumlah 1,87, MMBb berjumlah 3,75, MmBB berjumlah 1,87, MmBb berjumlah 3,75, MMbb berjumlah 7,5, Mmbb berjumlah 3,75, mmBB berjumlah 1,87, mmBb berjumlah 3,75, serta mmbb berjumlah 1,87.
Deviasi (O – E = d) untuk MMBB berjumlah 0,13, MMBb berjumlah -0,75, MmBB berjumlah 2,13, MmBb berjumlah -0,75, MMbb berjumlah -3,5, Mmbb berjumlah -1,75, mmBB berjumlah 1,13, mmBb berjumlah 3,25, serta mmbb berjumlah -0,87. Selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus chi square maka untuk MMBB berjumlah 0,008, MMBb berjumlah 0,149, MmBB berjumlah 2,425, MmBb berjumlah 0,149, MMbb berjumlah 1,633, Mmbb berjumlah 0,816, mmBB berjumlah 0,682, mmBb berjumlah 2,816, serta mmbb berjumlah 0,404. Setelah semuanya dijumlahkan maka menghasilkan 9,082. 9,082 di dalam tabel chi square berada diantara 0,50 dan 0,20. Hal ini menunjukkan bahwa 9,082 memiliki peluang antara 0,50 dan 0,20, serta menunjukkan bahwa peluang ini bisa di terima.

IX.    Simpulan                          :
1.      Perbandingan untuk nisbah genotipe adalah 1:2:1:2:4:2:1:2:1 dari 2:3:4:4:4:2:3:7:1.
2.      Perbandingan nisbah fenotipe adalah 9:3:3:3:1 dari 13:6:10:1.
3.      Data pada tabel fenotipe setelah dijumlahkan dengan menggukan rumus chi square adalah 4,715.
4.      Data pada tabel genotipe setelah dijumlahkan dengan menggunakan rumus chi square adalah 9,082.
5.      Peluang < 0,50 menunjukkan bahwa peluang tersebut dapat diterima.




























PERCOBAAN : III
I.          Judul Praktikum             : Pengamatan Morfologi Drosophila melanogaster
II.       Tanggal Praktikum         : 9 Desember 2014
III.   Tujuan Praktikum          : Untuk melihat bentuk morfologi dari Drosophila melanogaster

IV.    Dasar Teori        :
Lalat buah (frcitfly) merupakan salah satu hama yang paling merugikan dalam budidaya tanaman buah-buahan maupun sayuran di dunia. Hama ini merugikan karena menyerang langsung produk pertanian yaitu buah gejala kerusakan pada buah yang diserangnya bervariasi. Serangan pada buah muda menyebabkan bentuk buah menjadi tidak normal,buah berkalus dan gugur serangan pada buah tua menyebabkan buah menjadi busuk basah karena bekas lubang larva umumnya terinfeksi bakteri dan jamur.[14]
Drosophila melanogaster,merupakan sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya dan merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah lalat buah adalah serangga yang mudah berkembangbiak. Dari satu perkawinan saja dapat menghasilkan ratusan keturunan,dan generasi yang baru dapat dikembangkan setiap dua minggu. Karakteristik ini menunjukkan bahwa lalat buah merupakan salah satu organisme yang cocok untuk kajian-kajian genetik.[15]
Anatomi lalat buah imago secara umum dan terminologi penting untuk orientasi taksonomi karena mempunyai ciri-ciri seperti kepala yang terdiri dari atena kepala dan noda atau bercak pada muka. Bagian dorsum toraks terdiri dari dua bagian penting yang disebut dengan terminologi skutum atau mesonotum (dorsum toraks atas) dan skutelum (dorsum toraks bawah). Sayap mempunyai ciri-ciri bentuk pola pembuluh sayap yaitu casta ( pembuluh sayap sisi anterior), anal  (pembuluh sayap sisi posterior), cubitus (pembuluh sayap utama), median (pembuluh sayap tengah), radius), r-m = pembuluh sayap melintang dm-cu = pembuluh sayap membujur dan ciri-ciri abdomen terdiri dari ruas-ruas (tergites).[16]
Lalat betina memerlukan nutrisi untuk proses pematangan telurnya. Beberapa nutrisi yang diperlukan dan terdapat di alam antara lain yaitu nektar dan madu. Lalat betina merupakan penyebab terjadinya kerusakan pada buah-buahan,karena lalat inilah yang meletakkan telur-telurnya di dalam buah dengan alat peletak telur (ovipasitor). Telur-telur tersebut kemudian menetas menjadi larva atau belatung yang merusak buah-buahan berbeda dengan lalat betina, lalat jantan tidak secara langsung menimbulkan kerugian tetapi perannya sebagai penjantan yang membuahi lalat betina sangat berpengaruh terhadap populasi buah di alam.[17]
V.      Alat dan Bahan  :
a.       Alat                          :
1.      Mikroskop Stereo
2.      Lup
3.      Kuas kecil
4.      Pinset
5.      Botol biakan
6.      Sterofom
7.      Jarum
b.      Bahan                      :          
1.      Drosophila melanogaster
2.      Klorofom


VI.        Cara Kerja                   :
1.      Diamati spesimen yang akan diamati kemudian diletakkan di bawah mikroskop stereo/lup.
2.      Diamati morfologi Drosophila melanogaster jantan dan betina dan ditulis perbedaannya.
3.      Digambar kedua jenis Drosophila melanogaster tersebut serta diberi keterangan.
4.      Dilakukan determinasi serta diidentifikasi jenis Drosophila melanogaster tersebut.

VII.     Hasil Pengamatan        :
Gambar          : Drosophila melanogaster Jantan
Keterangan

1.      Mulut penghisap
2.      Atena
3.      Mata
4.      Cepal
5.      Thorax
6.      Abdomen
7.      Sex comb
8.      Sayap










Gambar          : Drosophila melanogaster Betina
Keterangan

1.      Mulut penghisap
2.      Atena
3.      Mata
4.      Cepal
5.      Thorax
6.      Abdomen
7.      Sayap




Gambar Pembanding Lalat Buah
Lalat Buah Betinan                                         Lalat Buah Jantan
 
VIII.  Pembahasan                 :
Berdasarkan hasil pengamatan,dapat diketahui bahwa lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan sejenis serangga yang umumnya tidak berbahaya serta merupakan jenis serangga pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Drosophila adalah serangga yang mudah berkembangbiak, dan mempunyai siklus hidup yang cepat. Drosophila sering dijadikan sebagai salah satu organisme yang dijadikan objek penelitian di dalam genetika adalah karena lalat ini memiliki jumlah kromosom yang sedikit yaitu  4 pasang kromosom pada Drosophila terdiri dari tiga pasang kromosom autosom dan satu pasang kromosom seks. Selain itu lalat  buah juga memiliki siklus hidup yang sangat cepat yaitu 10 hari.
Secara morfologi lalat buah jantan dan betina dapat dibedakan dengan cara melihat beberapa bagian tubuh dari Drosophila melanogaster tersebut. Lalat buah jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada yang betina. Memiliki sayap yang lebih pendek daripada yang betina. Pada kai depan Drosophila dibagian Tarsal kedua terdapat sekelompok rambut yang agak tebal dan tersusun seperti sisir yang disebut sisir kelamin (sex comb). Sex comb berfungsi untuk memegang betina pada saat proses kopulasi (perkawinan). Memiliki ujung abdomen yang tumpul dan berwarna hitam. Jumlah segmen abdomen pada lalat buah  jantan adalah 7 buah karena segmen yang terakhir bersatu.
Adapun morfologi dari Drosophila melanogaster betina yaitu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan sayap lebih panjang daripada yang jantan. Pada kaki tidak mempunyai sex comb. Drosophila melanogaster betina memiliki ujung abdomen yang runcing dan memiliki alat pelekat telur yang disebut Ovipositor. Lalat buah betina memiliki warna yang coklat kehitaman, serta memiliki segmen yang berjumlah 8, karena segmen yang terakhir tidak bersatu. Lalat buah baik yang jantan maupun yang betina memiliki mata majemuk. Mata majemuk merupakan mata yang terdiri dari kumpulan mata tunggal yang dilapisi oleh lensa kornea segi enam. Mata majemuk berfungsi sebagai pembentuk bayangan yang mozaik.


IX.        Simpulan                      :
1.      Drosophila melanogaster memiliki 4 pasang kromosom yaitu 3 kromosom autosom dan 1 kromosom seks.
2.      Drosophila melanogaster jantan memiliki ukuran lebih kecil dan sayap lebih pendek daripada Drosophila betina.
3.      Lalat buah jantan memiliki sex comb yang berfungsi untuk memegang betina pada proses kopulasi.
4.      Ujung abdomen lalat bauh jantan tumpul dan berwarna hitam.
5.      Tipe mata pada lalat buah adalah majemuk.






















PERCOBAAN : V
I.          Judul Percobaan            : Siklus Hidup Drosophila melanogaster
II.       Tanggal Praktikum       : 9 Desember 20014
III.    Tujuan Praktikum        : Untuk mengamati siklus hidup Drosophila
melanogaster.
IV.    Dasar teori                      :
Drosophila melanogaster merupakan sejenis serangga biasa yang umunya tidak berbahaya dan merupakan pemakan jamr yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah serangga yang mudah berkembangbiak. Dari satu perkawinan lalat buah dapat menghasilkan ratusan keturunan dan generasi yang baru. Selain itu, lalat buah juga mudah dikembangbiakan yaitu hanya memerlukan waktu selama dua minggu. Kerakteristik ini menjadikan lalat buah sebagai salah satu organisme yang cocok untuk kajian genetik. Keuntungan lain dari lalat buah adalah lalat buah hanya mempunyai 4 pasang kromosom, yang dapat dengan mudah dibedakan dengan menggunakan mikroskop cahaya.[18]
Perkembangan Drosophila melanogaster dikelompokkan ke dalam dua fase, yaitu fase embrionik dan fase pesca embrionik. Siklus hidup Drosophila melanogaster,  setiap tahapan dapat diamati dengan jelas, yaitu tahap telur, embrio, instar I, instar II, instar III, instar IV, pupa serta imago. Periode embrionik yaitu dimulai dari fertilisasi sampai menetas. Sedangkan periode pasca embruonik dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu larva, pupa dan imago. Fase larva ditandai dengan peritiwa molting. Larva tampak berwarna putih (transparan), organ dalamnya bersegmen, berbentuk cacing dan suka bersembunyi pada medium.[19]
Lalat buah mengalami metamarfosis sempurna (holometaboala) yang dimulai dari telur, larva (belatung), pupa dan akhirnya menjadi serangga dewasa (imago). Umur imago atau lalat buah dewasa biasa mencapai satu bulan. Telur yang berumur 2-3 hari ditusukan oleh serangga betina ke dalam kulit buah dengan menggunakan ovipositor. Selain itu, telur akan berdiam di bawah permukaan kulit buah dan memakan isi buah. Larva terdiri dari 3 masa instar atau proses pergantian kulit. Proses ini memerlukan waktu 7-10  hari dan terjadi di dalam buah. Setelah selesai masa instar, larva akan menjatuhkan diri ke tanah dan selanjutnya berubah menjadi pupa. Masa pupa berlangsung di dalam tanah denga waktu 5-25 hari. Dari pupa selanjutnya akan menjadi serangga dewasa (lalat).[20]
Pengendalian laalt buah dengan menggunakan musuh alami mulai menguat setelah disadari bahwa pengendalian hama dengan insektisida menimbulkan banyak dampak negative yang bisa merugikan lingkungan. Permasalahan saat ini adalah pengendalian populasi lalat buah dengan menggunakan parasitonoid belum banyak diterapkan. Padahal sitonoid sangat baik untuk mengendalikan lalat buah karena dapat terus bertahan di alam dalam jangka waktu yang lama sehingga akan terus terjadi keseimbangan populasi di alam.[21]
V.       Alat dan Bahan              :
a.       Alat                :
                           1.         Botol berisi media dengan sumbat busa
                           2.         Botol dengan mulut sebesar botol media

b.      Bahan            :
1.      Buah-buahan yang membusuk
2.      Kantong plastik

VI.    Cara Kerja                     :
               1.         Dicatat tempat, tanggal, jam penangkapan dan jumlah lalat buah yang tertangkap.
               2.         Diamati botol yang berisi lalat buah paling sedikit dua kali sehari. Pada saat pertama kali mengamati tahapan pertumbuhan tertentu, dicatat tanggal dan pengamatan.
               3.         Setelah pupa pertama muncul, dikeluarkan lalat dewasa dari botol media .
               4.         Dilanjutkan pengamatan sampai lalat dewasa pertam muncul.
               5.         Dikembalikan botol setelah pengamatan.

VII. Hasil Pengamatan          :
Gambar Pembanding Siklus Hidup Lalat Buah



Gambar Siklus Hidup Lalat Buah
Keteranagan:  
1.      Lalat buah jantan
2.      Lalat buah betina
 


  
Telur
                                                                       
 
Larva (Instar I)


                                    Larva (Instar II)
Larva (Instar III)


Prepupa


Pupa


Lalat buah dewasa




Tabel 5.1 Siklus Hidup Lalat Buah Drosophila melanogaster
Hari
Pertumbuhan/Perkembangan
Hasil Pengamatan/Ciri Morfologi
Sabtu
Minggu
Senin
Telur
Berbentuk bulat lonjong (oval), berukuran sekitar ± 0,5 mm, berwarna putih susu, pada ujung bagian anteriol terdapat dua tangkai kecil yang menyerupai sendok yang berfungsi agar telur tersebut tidak tenggelam, dan biasanya telur terdapat pada bagian permukaan media.
Selasa
Larva (instar I)
Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih bening, berukuran ± 1 mm, memiliki segmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, serta belum memiliki spirakel anterior.
Rabu
Larva (instar II)
Berbentuk lnjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 2mm, memiliki segmen, bebentuk dan bergerak seperti cacing, sudah memiliki mulat dan gigi yang berwarna hitam untuk makan, serta sudah memilik spirakel di bagian anterior.
Kamis
Larva (instar III)
Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 3-4 mm, sudah memiliki segmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, sudah memilii mulut dan gigi yang berwarna hitam, tetapi lebih besar dan jelas terlihat jika dibandingkan dengan larva (instar II), memiliki spirakel di bagian anterior, serta sudah terdapat beberapa tonjolan-tonjolan pada bagian anteriornya.
Jum’at
Prepupa
Terbentuk setelah larva (instar III), menyerap pada dinding petridist, tidak aktif bergerak serta melekatkan diri, berwarna putih, kutikula keras dan memendek, tanpa kepala dan juga sayap.
Sabtu
Pupa
Tidak bergerak aktif dan melekatkan diri pada petridist, berwarna putih kecoklatan, kutikula keras, memendek, serat bersegmen.
Minggu
Imago
Tubuhnya sudah dapat dibedakan antara cephala (kepala), thorax (dada), dan abdomen (perut), serta sudah hampir menyerupai lalat dewasa.




Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Siklus Lalat Buah
Hari
Waktu
Telur
Larva I
Larva II
Larva III
Prepupa
Pupa
Imago
Sabtu, 20 Desember 2014
Pagi
Siang
Sore






Minggu, 21 Desember 2014
Pagi
Siang
Sore






Senin, 22 Desember 2014
Pagi
Siang
Sore






Selasa, 23 Desember 2014
Pagi
Siang
Sore






Rabu, 24 Desember 2014
Pagi
Siang
Sore






Kamis, 25 Desember 2014
Pagi
Siang
Sore






Jum’at, 26 Desember 2014
Pagi
Siang
Sore






Sabtu, 27 Desember 2014
Pagi
Siang
Sore






Minggu, 28 Desember 2014
Pagi
Siang
Sore








VIII.       Pembahasan              :
Berdasarkan dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki siklus hidup yang singkat, yaitu sekitar 10 hari. Hal inilah yang menyebabkan lalat buah sering digunakan di dalam penelitian genetik. Selain itu, lalat buah juga mudah dikembangbiakan yaitu dngan cara membuat sebuah meium dari buah (nenas dan papaya) untuk pemeliharaan lalat buah tersebut. Adapun tujaun dibuatnya suatu medium yaitu untuk empermudah kita di dalam melakukan pengamatan tentang siklus lalat buah. Karena tanpa adanya suatu mediu, maka setiap fase dari siklus lalat buah akan sulit untuk diamati.
Siklus hidup lalat buah (Drosophila melanogaster) terdiri dari dua tahap, yaitu tahap embironik telur yang dimulai dari saat fertilisasi sampai telurnya menetas. Adapun tahap yang kedua yaitu tahap post-embrionik yang terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu larva, pupa dan imago. Tahap larva terdiri dari tiga tahap, yaitu larva  (instar I), larva  (instar II), dan larva  (instar III). Siklus hidup dari lalat buah disebut dengan metaphase sempurna. Hali ini disebabkan karena setiap fase hidup dari lalat buah dapat dibedakan.
Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan siklus lalat buah dapat diketahui bahwa pada hari pertama dan kedua (20-21 Desember 2014) belum ada perkembangan ataupun perubahan. Tanggal 22 Desember 2014 sudah mempunyai telur. Adapun ciri-ciri dari telur lalat buah diantaranya yaitu berbentuk bulat lonjong (oval), berukuran sekitar ± 0,5 mm, berwarna putih susu, pada ujung bagian anteriol terdapat dua tangkai kecil yang menyerupai sendok yang berfungsi agar telur tersebut tidak tenggelam, dan biasanya telur terdapat pada bagian permukaan media.
23 Desember 2014 sudah berbentuk larva (instar I). Adapun ciri-ciri dari larva (instar I) diantarnya yaitu berbentuk lonjong pipih, berwarna putih bening, berukuran ± 1 mm, memiliki segmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, serta belum memiliki spirakel anterior. 24 Desember 2014 sedah berbentuk larva (instar II). Adapun ciri-ciri dari larva (instar II) diantaranya yaitu berbentuk lnjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 2mm, memiliki segmen, bebentuk dan bergerak seperti cacing, sudah memiliki mulat dan gigi yang berwarna hitam untuk makan, serta sudah memilik spirakel di bagian anterior.
25 Desember 2014 sudah berbentuk larva (instar III). Adapun ciri-ciri dari larva (instar III) diantaranya yaitu berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 3-4 mm, sudah memiliki segmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, sudah memilii mulut dan gigi yang berwarna hitam, tetapi lebih besar dan jelas terlihat jika dibandingkan dengan larva (instar II), memiliki spirakel di bagian anterior, serta sudah terdapat beberapa tonjolan-tonjolan pada bagian anteriornya.
26 Desember 2014 sudah berbentuk prepupa. Adapun ciri-ciri dari prepupa diantaranya yaitu terbentuk setelah larva (instar III), menyerap pada dinding petridist, tidak aktif bergerak serta melekatkan diri, berwarna putih, kutikula keras dan memendek, tanpa kepala dan juga sayap. 27 Desember 2014 sudah berbentuk pupa. Adapun ciri-ciri dari pupa diantarnya yaitu tidak bergerak aktif dan melekatkan diri pada petridist, berwarna putih kecoklatan, kutikula keras, memendek, serat bersegmen. 28 Desember 2014 sudah berbentuk imago. Adapun ciri-ciri dari imago diantaranya yaitu tubuhnya sudah dapat dibedakan antara cephala (kepala), thorax (dada), dan abdomen (perut), serta sudah hampir menyerupai lalat dewasa.

IX.    Simpulan                        :    
1.      Lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki siklus hidup sekitar 10 hari.
2.      Siklus hidup lalat buah dibedakan menjadi dua tahap, yaitu tahap embrionik dan tahap post-embrionik.
3.      Siklus hidup lalat buah disebut dengan metafase sempurna.
4.      20-21 Desember 2014 belum terjadi perubahan ataupun perkembangan pada laat buah.
5.      22-28 Desember 2014 sudah terjadi perubahan ataupun perkembangan pada lalat buah yaitu dimulai dari telur → larva (instar I) → larva (instar II) → larva (instar III) → prepupa → pupa → imago.



















PERCOBAAN : VI
I.          Judul Percobaan            : Pembelahan Sel secara Meiosis
II.       Tanggal Praktikum       : 16 Desember 20014
III.    Tujuan Praktikum        : 1. Untuk mengetahui fase-fase pembelahan
meiosis pada sel.
2. Untuk membandingkan dan mendiskusikan
perbedaan fase pembelahan.
3. Untuk mengetahui kedudukan kromosom
pada fase-fase pembelahan mietosis.
IV.    Dasar teori                      :
Meosis berlangsung pada saat pembentukan sel gamet pada organisme diploid atau pada saat pembentukan spora nonseksual pada cendawan. Meiosis berlangsung pada sel atau jaringan nukfah. Pada proses ini terjadi pemisah gugus kromosom, setiap sel gamet akan menerima separuh dari jumlah kromosom yang terdapat pada sel induknya. Oleh karena itu meiosis hanya berlangsung pada sel yang mempunyai jumlah gugus kromosom yang genap, seperti diploid, tetraploid dan sebagainya.[22]
Pembelahan meiosis pertama (meiosis I) adalah pembelahan reduksional yang menghasilkan dua sel haploid dari satu sel diploid tunggal. Pembelahan meiosis II (kedua) adalah pembelahan berimbang (mirip dengan mitosis, dalam artian terjadi pemisahan kromatid-kromatid saudari dari sel-sel haploid). Pembelahan meiosis (I dan II) terdiri atas 4 empat fase utama.[23] 
Stadium anestrus, perkembangan oosit mencapai stadium MI menggunakan media yang ditambahkan serum sapi 10 % sebesar 29,4 % dan pada media yang tidak ditambahkan serum yang mencapai stadium GUBD sebesar 88,9 % dan tidak terlihat adanya oosit yang degenerasi. Penambahan serum sapi 10 % pada media kultur memberikan perkembangan meiosis yang lebih tinggi (P<0,05) dalam mencapai stadium Mt dari pada control dan oosit dari stadium proestrus mempunyai kompetensi meiosis yang lebih tinggi (46,5 %) disbanding oosit dari a nestrus (29,4 %) secara signifikan (P<0,05) tetapi tidak berbeda nyata (P>0,5) dengan stadium di estrus.[24]
Proses perkembangan sel dikenal beberapa tipe siklus sel yaitu siklus sel embrionik., siklus sel somatis, siklus endore duplikasi dan siklus sel meiosis. Masing-masing tipe siklus sel mempunyai komponen protein dan enzim yang berperan secara dominan dalam regulasi siklus pembelahan sel adalah MPF, APC dan CSF. Masing-masing enzim mempunyai komponen protein dan inhibitor yang spesifik pada setiap tahap. Siklus pembelahan sel, MPF merupakan suatu enzim heterodimer yang terdiri dari p34 sebagai suatu sub unit katalik dan cyclinis sebagai suatu sub unit regulatorik.[25]
V.       Alat dan Bahan              :
a.       Alat                            :
1.      Mikroskop
2.      Kaca benda
3.      Kaca penutup
4.      Pisau silet
5.      Scalpel/jarum penggaris
6.      Spirtus
7.      Tissue

b.      Bahan                                    :
4.      Kuncup bunga papaya/sedap malam
5.      Larutan 1 M HCL
6.      Larutan asetokarmin/safranin

VI.    Cara Kerja                     :
a.       Meiosis
1.      Diambil bahan yang diamati.
2.      Dimasukkan bahan ke dalam HCL IN selama 1 menit.
3.      Diambil bagian kepala sarinya saja, diletak diatas kaca benda kemudian ditetesi asetokarmin.
4.      Ditekan atau ditusuk-tusuk kepala sari dengan jarum agar sel-sel indukk pada serbuk sari dapat dipisahkan.
5.      Ditutup kaca benda dengan kaca penutup. Dilewatkan kaca benda tersebut diatas api Bunsen.
6.      Dibalik slide tersebut., diletak di atas tissue dan ditekan agak keras dengan menggunakan ibu jari.
7.      Diamati subjek tersebut di bawah mikroskop. Digunakan  pembesaran rendah (10x) dahulu, kemudian pembesaran lebih tinggi (40x) dan pembesaran paling tinggi (100x).
8.      Digambar fase-fase meiosis yang dapat ditemukan dan dibandingkan dengan alat peraga.









VII.  Hasil Pengamatan         :

Gambar          : Fase Telofase 
Pembesaran   : 10 x 4
Keterangan

1.      Tahap telofase














Gambar          : Fase Telofase
Pembesaran   :10 x 10
Keterangan

1.      Tahap telofase



















Gambar Pembanding Fase Telofase
VIII.       Pembahasan              :
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pembelahan sel secara meiosis (pembelahan reduksi) akan menghasilkan sel anakan yan g jumlah kromosomnya separuh dari kromosom induknya. Pembelahan meiosis hanya terjadi pada sel-sel gamet. Pembelahan sel secara meiosis merupakan pembelahan secara berturut-turut tanpa adanya fase istirahat (interfase). Tahapan meiosis terdiri atas meiosis I dan meiosis II.
Tahap meiosis I yaitu adanya profase I, metaphase I, anaphase I dan telofase I dan pada meiosis II adanya profase II, metaphase II, anaphase II dan telofase II. Profase I merupakan kondensasi DNA atau kromosom, untuk mendapat struktur yang pendek. Profase I dibagi beberapa tahapan yaitu leptonema, zigonema, pakinema, diplonema dan diakinesis. Sedangkan pada profase II sentriol membelah menjadi dua dan bermigrasi kekutup yang berlawanan. Metaphase I tetrad berada pada bidang ekuator. Sedangkan metafaseII kromosom berada pada bidang ekuator. Anafase I benang spindel memendek dan menarik tetrad ke kutub yang berlawanan sehingga kromosom homolog dipisahkan.
Anaphase II sentromer membelah menjadi 2 dua dan bergerak kekutub yang berlawanan. Tahap telofase I membrane inti terbentuk kembali, membrane sel berkerut dan membentuk dua sel anakan yang baru. Sedangkan tahap telafose II merupakann tahap terakhir dan pembelahan sel secara meiosis. Pada tahap meiosis 2 anakan menghasilkan 4 sel anakan haploid (n).
Hasil pengamatan yaitu pada kuncup bunga papaya (Carica papaya) dan bunga pukul empat (Mirabilis jalava) di dapat tahap telofase. Digunakan larutan 1 MHCL pada kuncup bunga yaitu berfungsi sebagai penghentian/menghentikan pembelahan. Sedangkan fungsi larutan asetokarmin/safranin untuk memberi warna. Hal tersebut digunakan karena kromosom menyerap warna safranin yang ada. 
IX.    Simpulan                        :    
1.      Pembelahan meiosis akan menghasilkan sel anakan yang jumlah kromosom separuh dari kromosom induknya.
2.      Tahapan meiosis terdiri atas meiosis I dan meiosis II.
3.      Tahap meiosis I adanya profase I, metaphase I, anaphase I dan telofase I.
4.      Tahap meiosis II adanya profase II, metaphase II, anaphase II dan telofase II.
5.      Pada hasil pengamatan di dapat tahap telofase.











PERCOBAAN : VII

I.          Judul Pratikum              : Penyusunan dan Analisis Kariotipe Manusia
II.       Tanggal Pratikum         : 6 Januari 2015
III.    Tujuan Pratikum           : 1. Untuk menyusun kariotipe  kromosom
                                2. Untuk belajarmenganalisa hasil kariotipe

IV.    Dasar Teori                    :
Kariotipe merupakan fenotipe dari kromosom yang meliputi gambaran struktural kromosom, antara lain jumlah, bentuk, posisi sentromel, penyebaran eukromatin dan heterokromatin serta ukuran satelit. Kromosom tersebut kemudian disusun berdasarkan pasangan kromosom yang holmog dan diurutkan berdasarkan ukuran kromosom dan posisi sentromernya dari yang paling panjang sampai ke yang paling pendek.[26]
Pengaturan ukuran set pada fotograf dari pita-pita kromosom dapat digunakan untuk melihat pennyusunan kromosom. Ada 2 gambaran kromosom set dari suatu spesies yaitu karyogram merupakan fotomikrograf kromosom dari gambaran tunggal sel somatis meta fase yang dipotong dan disusun pada bagian homolog berdasarkan ukurannya. Indigram merupakan sediaan yang memperlihatkan komplemen kromosom haploid dari suatu spesies, yang mana idigram ini merupakan ukuran dari kromosom somatis metafase.[27]
Jumlah diploid kromosom manusia adalah 46 ( 23 pasang ). Peneliti yang berhasil menemukan hal ini adalah Tjio dan Levan  di tahun 1956. Ketika dikelompokkan sebagai pasangan homolog, kromosom somatik suatu sel menjadi sebuah idagram. Sebelumnya kromosom hanya dibedakan menjadi berdasarkan panjang dan letak sentromernya pada saat kondensasi maksimal. Tidak satupun autosom yang bisa diindetifikasi dengan mudah, akan tetapi sebuah kromosom dapat dikelompokkan kedalam salah satu dari tujuh kelompok ( A-G ) berdasarkan klasifikasi dengan sistem Denver.[28]
Kromosom Y adalah kromosom terkecil pada manusia yang diperlukan untuk perkembangan seksual dan spermatogenesis karena mengandung sejumlah lokus krusial yang berperan dalam perkembangan seksual normal. Faktor transkripsi pada lengan pendek kromosom Y (SRY), berperan penting dalam pembentukan testis. Sedangkan, gen-gen pada regio eukromatik lengan panjang kromosom Y (Yq11) berperan dalam spermatogenesis normal yaitu azospermia faktor yang terdiri atas AZFa, AZFb, dan AZFc3,4.[29]

V.       Alat dan Bahan              :
a.       Alat                            :
1.      Gunting
2.      Alat tulis
3.      Penggaris

b.      Bahan                                    :
1.      Kertas yang berisikan gambar kromosom dalam keadan acak
2.      Lem
3.      Kertas A4 putih

VI.    Cara Kerja                     :
1.      Dibaca dibagian studi kasus yang terdapat dilembaran lampiran.
2.      Disiapkan kertas dibagian lampiranyang telah disi gambar kromosom dalam keadan yang sudah diacak.
3.      Diguting masing-masing kromosom dengan menggunakan gunting.
4.      Dipsang masing-masing kromosom dengan kromosom homolognya.
5.      Ditempatkan pengelompokan kariotipe kromosom sesuai dengan bentuk kromosom dan diurutkan sesuai nomor.
6.      Dibuat analisa dari hasil kariotipe tersebut.

VII. Hasil Pengamatan          :
Gambar          : Kromosom Metasentrik
Keterangan

         1.         Sentromer
         2.         Lengan kromosom










Gambar          : Kromosom Submetasintrik
Ketrangan

         1.         Sentromer
         2.         Lengan kromosom









Gambar          : Kromosom Aksometasintrik
Keterangan

         1.         Sentromer
         2.         Lengan kromosom







Gambar          : Kromosom Telosentrik
Keterangan

         1.         Sentromer
         2.         Lengan kromosm






Gambar Pembending Bentuk-bentuk Kromosom

Gambar Susunan Kromosom Normal pada Manusia



VIII.       Pembahasan              :
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa. Kromosom merupakan benang-benang halus yang berbentuk panjang atau pendek dan lurus atau bengkok yang terletak didalam inti sel. Kromosom pembawa materi genetik. Disetiap kromosom terdiri atas satu molekul DNA yang sangat panjang dan protein-protein yang terasaiasi dengan DNA tersebut. Kromosom terbagi dua bagian utama, yaitu sentromer dan  lengan kromosom. Sentromer merupakan bagian kromosom yang berfungsi sebagai tepat melekatnya lengan kromosom. Lengan kromosom bagian utama berisi materi-materi genetik yang berupa DNA yang merupakan kode untuk mengsintesis protein.
Kariotipe merupakan suatu gambaran kromosom didalam suatu sel dengan berbagai struktur dari masing-masing kromosom tersebut.Kariotipe bisa digunakan untuk mengindetifikasi berbagai kelainan kromosom. Manusia normal mempunyai kromosom 46 XX untuk wanita dan 46 XY untuk pria. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan pada kromosom diantaranya adalah klineferlter’s sindrome, down’s sidrome, dan trisomy 13 sindrome dan lain-lain sebagainya.
Hasil dari penyusan dan menganalisa kariotipe manusia yang sudah diacak, maka memperoleh hasil susunan kromosomnya normal. Hal ini disebabkan karena tidak terdapatnya kelebihan atau kekurangan kromosom.Adapun rumus kromosomnya yaitu 46,XY. Berdasarkan hasil dari menganalisa tersebut dapat di ketahui bahwa penyebab masalah pada pasien tersebut tidak disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom, akan tetapi disebabkan oleh hal lain.

IX.    Simpulan                        :
1.      Kromosom terdiri dari dua bagian utama,yaitu sentromer dan lengan kromosom.
2.      Kariotipe beerfungsing untuk mengindetifikasi berbagai kelainan kromosom.
3.      Rumus untuk kromosom normal = 46, XY.
4.      Manusia normal mempunyai kromosom 46 XX untuk wanita da 46 XY untuk pria.
5.      Hasil dari penyusan dan menganalisa kariotipe manusia yang sudah diacak, memperoleh hasil susunan kromosomnya normal.
















DAFTAR PUSTAKA
Agus Hery Susanto, Genetika, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Agus Kardian., Mengenal Lebih Dekat Tanaman Pengendali Lalat Buah, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2006.

Athur C. Guiton, Fisiologi Kedokteran II, Jakarta: EGC, 2007.

Deni Supriharti, ddk., Indetifikasi Karyotipe Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.) Kuitivar Berastagi Sumatera Utara, Jurnal Biologi Sumatera,Vol. 2, No. 1, 2007.

Diong  Hon Tjong, ddk., Kariotipe Rana chaiconata Kompleks yang terdapat di  Sumatra Barat, Jurnal Biospesies, Vol.5, No.2, 2013.

Frizal Amy Oktarisna, dkk., Pola Pewarisan Sifat Warna Polong pada Hasil Persilangan Tanaman Buncis (Phoseolus vulgaris L.) Varietas Introduksi dengan Varietas Lokal, Jurnal Produksi Tanaman, Vol. 1, No. 2, 2013.

George H. Fried dan George J. Hademenos., Biologi Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga, 2005.

Harry Musti, dkk., Regulasi Siklus Sel : Kunci Sukses Somatic Cell Nuklear Transfer, Jurnal Cdk, Vol. 34, No. 6, 2007.

Jodion Siburian., Studi Keanekaragaman Drosophila sp. di Kota Jambi, Jurnal Biospesies, Vol. 1, No. 2, 2008.
Maimun Barnawi., Pola segresi dan Heritabilitas Sifat Ketahanan Kedelai terhadap Coepea Mild Mottle Virus Populasi Wilis X MLG 2521, Jurnal HTP Tropika, Vol. 7, No. 4, 2007.

Muhammad Jusuf., Genetika 1 Struktur dan Ekspresi Gen, Jakarta : Infomedika, 2011.

Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Ke-5 Jilid 3, Jakarta: Erlangga, 2003.

Nita Etikawati, Studi Sitotaksonomi Pada genus zingeber Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta, Vol. 1. No. 1, 2000.

Siti Herlinda, dkk., Spesies Lalat Buah yang Menyerang Sayuran Solanaceae dan Cucurbitaceae di Sumatera Selatan, Jurnal Hortikutura, Vol. 18, No. 2, 2008.

Siti wasilah,Profil sitogeni Kromosom Y Pada Laki-laki Normal, Jurnal Mandala of Earth,Vol. 4,No. 2, 2010.

Sri Hartati, dkk., Pola Segregrasi Karakter Agronami Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril.) Generasi F2 Hasil Persilangan Wilis X B3570, Jurnal Agrotek Tropika, Vol. 1, No. 1, 2013.

Suminah., Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin, Jurnal Biologi FMIPA UNS Surakarta, Vol. 3, No. 1, 2002.

Sunarno dan Stefan Popoko., Keragaman Jenis Lalat Buah (Bactrocera sp.) di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara, Jurnal Agroforestri, Vol. VIII, No, 4, 2013.

Susan Elrond dan William D. Stansfield., Genetika Edisi Ke-4, Jakarta: Erlangga, 2002.

Yuda Heru Fibrianto, dkk., Pengaruh Penambahan Serum Sapi pada Media Kultut Terhadap Kompetensi Meiosis Oosit Anjing dari Berbagai Stadium Fitrus Secara Invitro, Journal Sains Vet, Vol. 29, No. 1, 2011.

Yulia Pujiastuti., Perkembangan Pradewasa dan Lama Hidup Imago Psyttalia sp. (Hymenoptera = Branconidae), Parasitonoida Larva Lalat Buah Bactrocera dorsalis Hend (Diptera = Tephritidae), Jurnal of Envirometal Engineering, Vol. 5, No. 3, 2009.




[1] Athur C. Guiton, Fisiologi Kedokteran II, (Jakarta: EGC, 2007), hal. 39.
[2] Susan L. Elrod dan William D. Stansfieid., Genetika Edisi Ke-4, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 5.
[3] Muhammad Jusuf , Genetika 1 Struktur dan Ekspresi Gen, (Jakarta: Sagung seto, 2001), hal 52.
[4] Suminah., Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin, Jurnal Biologi FMIPA UNS Surakarta, Vol. 3 .No. 1, 2002, hal 174.
[5] Nita Etikawati., Studi Sitotaksonomi Pada genus zingeber Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta, Vol. 1. No. 1, 2000, hal : 10 – 11.
[6] Susan L. Elrod, dkk, Genetika Edisi Keempat, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 10.  
[7] Suryo, Genetika Manusia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), hal. 90-91. 
[8] Maimun Barmawi, Pola Segregasi dan  Heritabilitas Sifat Ketahanan Kedelai Terhadap Cowpea Mild Mottle Virus Populasi Wilis X ML62521, Jurnal HPT Tropika, Vol. 7, No. 1, 2007, hal. 48-52. 
[9] Frizal Amy Oktarisna,”Pola Pewarisan Sifat Warna Polong Pada Hasil Persilangan Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Varietas Introduksi Dengan Varietas Lokal”, Jurnal Produksi Tanama,  Vol. 1, No.2, 2013, hal. 81.  
[10] George H. Fried dan George J. Hademenos., Biologi Edisi Kedua, (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 108.
[11] Sri Hartati, dkk., Pola Segregrasi Karakter Agronami Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril.) Generasi F2 Hasil Persilangan Wilis X B3570, Jurnal Agrotek Tropika, Vol. 1, No. 1, 2013, hal. 10.
[12] Agus Hery Susanto, Genetika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 33.

[13] Maimun Barnawi., Pola segresi dan Heritabilitas Sifat Ketahanan Kedelai terhadap Coepea Mild Mottle Virus Populasi Wilis X MLG 2521, Jurnal HTP Tropika, Vol. 7, No. 4, 2007, hal. 48-49.
[14] Siti Herilinda.dkk., Spesies Lalat Buah yang Menyerang Sayuran Solanaceae dan Cucurbitaceae di Sumatera Selatan, Jurnal Hortikultura, Vol. 18,  No.2, 2008, hal 213.

[15] Neil A Campbell,dkk., Biologi Edisi ke-8 Jilid 3, (Jakarta: Erlangga, 2008), hal.119.
[16] Sunarno dan Stefan Popoko., Kerangaman Jenis Lalat Buah ( Bactrocera sp.) di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara, Jurnal Agroforestri, Vol. VIII, No 4, 2013, hal  271-272.

[17] Agus kardinan., Mengenal lebih dekat Tanaman Pengendali Lalat Buah, (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2006), hal 5 .
[18] Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Ke-5 Jilid 3, (Jakarta: Erlangga, 2003), hal. 281.
[19] Jodion Siburian., Studi Keanekaragaman Drosophila sp. di Kota Jambi, Jurnal Biospesies, Vol. 1, No. 2, 2008, hal. 50.
[20]Agus Kardian., Mengenal Lebih Dekat Tanaman Pengendali Lalat Buah, (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2006), hal. 5-6.
[21]Yulia Pujiastuti., Perkembangan Pradewasa dan Lama Hidup Imago Psyttalia sp. (Hymenoptera = Branconidae), Parasitonoida Larva Lalat Buah Bactrocera dorsalis Hend (Diptera = Tephritidae), Jurnal of Envirometal Engineering, Vol. 5, No. 3, 2009, hal. 120.
[22] Muhammad Jusuf., Genetika 1 Struktur dan Ekspresi Gen, (Jakarta: Infomedika, 2011), hal 56.
[23] Susan L.Elrod., Teori dan Soal-Soal  Genetika Edisi Ke Empat, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal 07.
[24] Yuda Heru Fibrianto, dkk., Pengaruh Penambahan Serum Sapi pada Media Kultut Terhadap Kompetensi Meiosis Oosit Anjing dari Berbagai Stadium Fitrus Secara Invitro, Journal Sains Vet, Vol. 29, No. 1, 2011, hal 18.  
[25] Harry Musti, dkk., Regulasi Siklus Sel: Kunci Sukses Somatic Cell Nuklear Transfer, Jurnal Cdk, Vol. 34, No. 6, 2007, hal 312.
[26] Djong hon Tjong, dkk., Kariotipe Rana chalconata Kompleks yang terdapat di Sumatera Barat, Jurnal Biospesies, Vol. 5, No. 2, 2013, hal. 14.
[27] Deny Suprihartini, dkk., Identifikasi Karyotipe Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.) Kultivar Berastagi Sumatera Utara, Jurnal Biologi Sumatera, Vol. 2, No. 1, 2007, hal. 7-8.
[28] Susan Elrond dan William D. Stansfield., Genetika Edisi Ke-4, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 162.
[29] Siti Wasilah., Profil Sitogenik Kromosom Y pada Laki-laki Normal, Jurnal Mandala of Earth, Vol. 4, No. 2, 2010, hal. 73-74.
  
SEMOGA BERMANFAAT :)











Tidak ada komentar:

Posting Komentar