Laporan Akhir
Disusun oleh
Kelompok
III
UNIT
I
JURUSAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA
ACEH
2013/2014
PERCOBAAN
: I
I.
Judul Praktikum :
Pengamatan
anatomi mamalia
II.
Tanggal Praktikum :
7 Mei 2014
III.
Tujuan Praktikum : Untuk memperhatikan struktur dan bagian-bagian
dari sistem otot,sistem cerna, sistem pernafasan, sistem
urinaria, sistem reproduksi, sistem saraf, dan sistem peredaran darah.
IV.
Dasar Teori :
Mamalia adalah vertebrata atau
hewan yang memiliki tulang belakang yang tubuhnya ditutupi oleh bulu-bulu, pada
mamalia mempunyai kelenjar susu (glandula mamae). Anggota gerak depan mamalia
dapat termodifikasi untuk berlari, untuk menggali lubang, untuk berenang, dan
lain-lain, sedangkan pada jari-jarinya terdapat kuku yang dilapisi oleh zat
tanduk, cakar yang tajam.[1]
Mamalia adalah kelompok yang
tertinggi dari dunia hewan istilah untuk mamalia berhubungan dengan kelenjar
mamae (kelenjar susu) pada hewan betina untuk menyusui anaknya. Pemeliharaan
anak oleh induknya merupakan perkembangan yang sangat tinggi pada kelas ini dan
mencapai klimaknya pada spesies manusia. Bermacam-macam mamalia hidup
diberbagai habitat, mulai dari daerah kutub sampai daerah tropis, dari laut
sampai ke hutan-hutan yang paling lebat dan gurun pasir yang paling kering.[2]
Mamalia merupakan kelompok
terbesar dan tertinggi dari kingdom animalia. Mamalia mencakup tikus, monyet,
paus, kelelawar, kucing, manusia, dan bentuk kehidupan lain. Disamping kelompok
besar dari spesies langka. Semuanya kurang lebih ditubuhnya tertutupi oleh
adanya bulu atau rambut dan berdarah panas. Beragam jenis mamalia hidup
diberbagai bentuk habitat dari daerah kutub sampai kegurun atau hutan.[3]
Sel darah merah atau eritrosit pada hewan mamalia
memikili diameter rata-rata 7,5 m, dan memiliki peranan di dalam penganngkutan oksigen ke jaringan. Sel-sel
ini merupakan cakram yang yeng berbentuk bikonkaf dengan bagian pinggiran
sirkuler yang tebal. Bagian cakram tersebut memiliki permukaan yang relative
luas unutuk melakukan pertukaran oksigen yang melintasi membrane sel.[4]
Kondisi hiperglikemik pada hamster China (Cricetus griseus) dapat menyebabkan
kerusakan struktur endometrium, dapat mengakibatkan meluasnya sel epitel pada
lumen dan degenerasi membrane sitoplasma, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
atrropi sel-sel uterus dan akumulasi lipid. Pada tikus hiperglekemik terjadi
atropi folikel disebabkan oleh adanya akumulasi lipid yang ditandai dengan
adanya degenerasi jaringan sehingga mengakibatkan terjadinya depresi pada
fungsi ovarium.[5]
V. Alat
dan Bahan :
A. Alat
1. Nampan bedah
2. Pinset
3. Gunting
4. Pisau
5. pentul
B. Bahan
1. Marmut
(Cavia cobaya)
2. Cloroform atau eter
VI.
Cara Kerja :
1.
Dimasukkan tikus ke dalam stoples kemudian
dimasukkan kapas yang telah dibubuhi cloroform atau eter ke dalam stoples tadi dan ditutupi rapat-rapat.
2.
Dipaku keempat kakinya pada papan bedah. Diangkat kulit tikus dengan pinset dengan hati-hati,
diguntinglah kulit dimulai dari planum
medianus dari celah kaki belakang hingga keregio sub mandibularis dan dari
celah kaki belakang gunting pula kearah ujung dari extremitas posterior. Dengan
digunakan pinset atau pisau selanjutnya ditanggalkan kulit dari tubuhnya. Dengan membuang kulit yang kita tanggalkan tadi maka dilihat susunan sistem otot. Digambar susunan sistem ototnya.
3.
Dibuka dinding perut secara hati-hati dengan membuang sayatan dari celah extremitas
posterior hingga keregio thoracalis. Kaki depan direntangkan sehingga cor dapat terlihat dengan jelas. Digambar semua
jeroan yang nampak diperhatikan bentuk dan
warnanya. Digambar susunan organisasi dari semua sistem yang disebutkan di
atas.
VII. Hasil
Pengamatan :
Gambar : Morfologi
marmut
|
Keterangan
|
|
1. Caput
2. Caulicula
3. Organum
4. Nares
5. Cavum
oris
6. Fimbricae
7. Digiti
8. Truncus
9. Caudal
10. Ektremitas
anterior
11. Ekstremitas
posterior
|
Gambar : Anatomi
marmut
|
Keterangan
|
|
1. Cavum
oris
2. Nares
3. Organum
4. Laring
5. Trakea
6. Paru-paru
7. Ventrikel
8. Hati
9. Lambung
10. Limpa
11. Usus
besar
12. Usus
halus
13. Vesica
urinaria
14. Anus
|
Gambar : Sistem
Pencernaan
|
Keterangan
|
|
1. Mulut
2. Lambung
3. Esophagus
4. Usus
besar
5. Usus
halus
6. Anus
|
Gambar : Sistem
pernafasan
|
Keterangan
|
|
1. Hidung
2. Trakea
3. Paru-paru
|
Gambar : Sistem
sirkulasi
|
Keterangan
|
|
1. Aorta
2. Bilik
kiri
3. Bilik
kanan
4. Serambi
kiri
5. Serambi
kanan
|
Gambar : Sistem
urinasi
|
Keterangan
|
|
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kantung
kemih
4. Uretra
5. Anus
|
Gambar
Pembanding
Gambar
: Morfologi
marmut
|
Klasifikasi
|
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : vertebrata
Kelas : Mamalia
Subkelas : Placentalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Simplicidatata
Famili : Cavidae
Genus : Cavia
Spesies : Cavia
cobaya
|
|
Gambar
: Anatomi
marmut
|
Gambar
: Sistem
pernafasan
|
|
Gambar
: Sistem
Urinaria
|
|
|
|
VIII. Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan
diketahui bahwa mamalia memilki karakter struktural yang membedakan dari
kehidupan vertebrata lain. Ciri utama dari mamalia adalah adanya kelenjar susu,
yang berfungsi sebagai sumber makanan untuk anakanya. Kelenjar lain yang biasa
ditemukan adalah kelenjar minyak (sebasca) dan kelenjar keringat (sudorifera).
Rambut tumbuh selama periode tertentu dalam hidupnya, meskipun berkurang atau
tidak ada sama sekali pada stadium tua seperti pada paus. Mamalia bersifat
endotermis karena memilki mekanisme internal pengontrol suhu tubuh.
Marmut (Cavia cobaya) termasuk mamalia yaitu hewan yang memiliki kelenjar
mamae untuk menyusui anaknya sebagai makanan pertama setelah mereka dilahirkan.
Ciri lain yang khas dari mamalia adalah jari kaki
mempunyai cakar, kuku dan telapak. Kaki beradaptasi untuk berjalan, memanjat,
menggali tanah serta loncat. Tubuh marmut terdiri daricaput (kepala), cervix
(leher) dan truncus (badan), ekstrimitas anterior (kaki depan) dengan 4 digiti
(jari), ekstrimitas posterior (kaki belakang) dengan 5 digiti (jari) dan caudal
(ekor).
Sistem pernapasan marmut terdiri dari trachea, bronchus, bronchioli dan
paru-paru. Trakea disokong oleh cincin-cincin rawa yang terbuka pada bagian
dorsalnya, bekerja sebagai jalan napas. Pangkal dari trakea berupa rongga yang
disebut laring. Cabang dari trakea adalah bronchus, yang kemudian membentuk
percabangan lagi disebut bronchioli. Paru-paru terdiri dari beberapa lobi yang
terdapat dalam rongga pleural, selaput yang membungkusnya disebut pleural.
Sistem pencernaan marmut terdiri dari cavum oris, disini marmut mempunyai
gigi taring dibagian depannya yaitu bagian atas dan bawah. Marmut juga memiliki
gigi geraham. Faring merupakan persimpangan jalan makanan dan jalan respirasi.
Bila makanan melalui lubang ini akan ditutup oleh klep anterior yang disebut epiglottis.
Oesophagus merupakan pipa musculusyang sempit sebagai lanjutan dari faring.
Ventriculus merupakan kantong sebagai lanjutan dari oesophagus. Intestinum
merupakan saluran berkelok-kelok yaitu tempat penyerapan zat-zat makanan
setelah mengalami penambahan yang terakhir. Sterusnya colon, rectum merupakan
usus terakhir dan dari sini kotoran dikeluarkan melalui anus.
Sistem genitalia marmot jantan dibangun oleh sepasang testis yang
bentuknya bulat telur berwarna putih, terletak dalam rongga perut. Epididimis
terdiri dari caput, corpus, dan cauda epididimis. Ductus defferens berupa
saluran berjalan di sebelah dorsal dari kantung urine dan bermuara pada ductus
spermaticus yang terdapat pada batang penis. Terdapat sepasang papilla mamae
dan muara glandula mamae di antara kaki belakangnya, namun pada hewan jantan,
glandula mamae tidak mengalami sekresi. Terdapat lekukan pirenium pada bagian
belakang penis yang merupakan lekukan yang dalam dan nampak selalu kotor.
Lekukan ini merupakan tempat bermuaranya kelenjar bau yang digunakan sebagai
tanda pengenal spesies dan hedonik atau pemikat lawan jenis.
Fertilisasi pada marmut terjadi secara internal.
Testis terkandung dalam saku krotal.perkembangan embrio terjadi di dalam
uterus. Plasenta marmut terbentuk dari persatuan
antara korion dan allantois. Lama kandungan (gestasi) 30 hari. Mungkin sampai
ada 10 buah yang terjadi simultan. Marmut dewasa secara seksual
berumur 3 bulan. Marmut terkenal karena sistem
reproduksinya yang betina berevolusi segera setelah senggama sehingga pembuahan
terjamin. Selain itu marmut betina mempunyai sistem
reproduksi yang istimewa yaitu mampu mengandung 2 rumpun anak sekaligus karena
memiliki rahim ganda. Pembuahan pada rahim yang 1 tidak menghalangi ovulasi
pada rahim yang satunya lagi. Gejala ini di sebut superfetasi dan meskipun
langka dianggap cukup sering terjadi.
Organ ekskresi pada marmut yaitu berupa sepasang ginjal
(unipapila) yang terletak didaerah lumbalis sebelah atas peritonium. Cairan
urin akan keluar dari masing-masing ginjal ke bawah melalui pembuluh ureter dan
ditampung sementara dalam vesika urinaria yang berkontraksi sehingga urin akan
keluar melalui pembuluh uretra.
Sistem otot Pada mamalia ada 3 macam otot, yaitu: otot lurik, otot
polos dan otot jantung. Otot lurik memiliki miofibril yang tampak memantulkan
cahaya berselang-seling, gelap terang berjejer teratur membentuk seperti pita
vertikal terhadap poros otot, sehingga disebut otot lurik. Sel otot polos
berbentuk gelendong. Sel bertetangga yang dihubungkan dengan junctional
compleks, sekeliling sel ada selaput jaringan pengikat endomisium. Otot jantung
dibina atas otot, lurik, bercabang-cabang dan bertemu dengan serat tetangga,
sehingga secara keseluruhan terbentuk jalinan serat otot. Terdapat pada
jantung. Persyarafan : autonom, tak dibawah kesadaran atau kemauan
(involunter).
IX.
Kesimpulan :
1.
Mamalia umumnya memiliki kelenjar susu.
2.
Tubuh marmut
terdiri daricaput (kepala), cervix (leher) dan truncus (badan), ekstrimitas
anterior (kaki depan) dengan 4 digiti (jari), ekstrimitas posterior (kaki
belakang) dengan 5 digiti (jari) dan caudal (ekor).
3.
System
pernapasan marmut terdiri dari trachea, bronchus, bronchioli dan paru-paru.
4.
Marmut terkenal karena sistem reproduksinya
yang betina berevolusi segera setelah senggama sehingga pembuahan terjamin.
5.
Sistem otot Pada mamalia ada 3 macam otot, yaitu : otot lurik,
otot polos dan otot jantung.
PERCOBAAN
: II
I.
Judul
Praktikum : Pengamatan Anatomi Amphibi
II. Tanggal Praktikum
: 14 Mei 2014
III. Tujuan Praktikum
: Memperhatikan struktur dan
bagian-bagian dari
sistem otot, sistem cerna, sistem pernapasan, sistem urinasi, sistem
reproduksi, sistem saraf dan sistem peredaran darah
IV. Dasar Teori
:
Amphibia
adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar (tidak
ada yang hidup di air laut) dan di darat. Sebagian mengalami metamorphosis dari
berudu (aquatic bernapas dengan insang) kedewasa (bernapas dengan paru-paru),
namun beberapa jenis amphibia tetap mempunyai insang selama hidupnya.[6]
Amphibian merupakan kelompok pertama
diantara chordata yang hidup diluar air. Beberapa karakteristik baru membuat
amphibia dapat beradaptasi untuk hidup di darat, seperti kaki dari pada sirip,
lubang hidung yang berhubungan dengan rongga mulut, paru-paru untuk menghirup
udara dan organ indra yang berfungsi di air dan di darat. Amphibia memiliki
peran kecil di alam, walaupun beberapa spesies memiliki jumlah individu yang
berlimpah.[7]
Katak (Rana sp.) termasuk
hewan yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan seperti populasi air,
perusakan hutan atau pun perubahan iklim, karena kepekaan mereka terhadap
lingkungan. Maka keberadaan mereka dapat dijadikan indicator perubahan
lingkungan. Keberadaan lingkungan yang dapat tampak secara jelas turunnya
keanekaragaman katak asli hutan, yaitu jenis-jenis katak yang hanya dijumpai di
hutan.[8]
Masa berudu ampbihi hidup
diperairan. Pada fase berudu bergerak dengan ekor. Pada fase dewasa hidup di
darat dan bernapas dengan paru-paru dan fase dewasa ini amphibi bergerak dengan
kaki. Perubahan cara bernapas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari
perairan kedaratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama-kelamaan
menghilang. Pada anura tidak ditemukan leher gerak dengan cara melompat.[9]
Sebahagian besar amphibi ditemukan
dihabitat yang lembab seperti rawa-rawa dan hutan, bahkan amphibi yang telah
beradaptasi terhadap habitat yang telah kering masih menghabiskan banyak
waktunya didalam liang atau di bawah dedaunan yang lembab, yang tingkat
kelembabannya tinggi. Amphibi umumnya sangat bergantung pada kulitnya yang
lembab untuk pertukaran gas dengan lingkungan.[10]
V. Alat dan Bahan :
A. Alat
1.
Nampan bedah
2.
Pinset
3.
Pentul
4.
Pisau
5.
Gunting
B. Bahan
1.
Katak (Rana
sp.)
2.
Chloroform
atau eter
VI. Cara Kerja :
1.
Dimasukkan katak ke dalam stoples kemudian dimasukkan kapas yang telah dibubuhi cloroform
atau eter ke dalam stoples tadi dan ditutupi rapat-rapat. Ditunggu beberapa menit sehingga katak itu mati dan
baru dikerjakan, dikeluarkan katak dari dalam toples dan diletakkan punggungnya
di atas papan (bak seng).
2.
Dipaku keempat kakinya pada papan tadi. Diangkat
kulit katak dengan pinset dengan hati-hati, digunting kulit
tadi dimulai dari planum medianus, dari celah kaki belakang hingga keregio sub mandibularis dan dari celah
kaki belakang gunting pula kearah ujung dari extremitas posterior. Dengan digunakan pinset atau pisau selanjutnya ditanggalkan kulit dari tubuhnya. Dengan dibuang kulit yang kita tanggalkan tadi dilihatl susunan sistem otot. Digambar susunan sistem ototnya.
3.
Dibuka dinding perut secara hati-hati dengan membuang sayatan dari celah extremitas
posterior hingga keregio thoracalis. Kaki depan direntangkan sehingga cor dapat terlihat dengan jelas. Digambar semua
jeroan yang nampak diperhatikan bentuk dan warnanya. Digambar susunan
organisasi dari semua sistem yang disebutkan diatas.
VII.
Hasil Pengamatan :
Gambar
: Morfologi
katak
|
Keterangan
|
|
1.
Kepala
2.
Mata
3.
Oris
4.
Ekstremitas anterior
5.
Ekstremitas posterior
6.
Digiti
7.
Trunkus
|
Gambar
: Sistem
pencernaan
|
Keterangan
|
|
1.
Mulut
2.
Kerongkongan
3.
Hati
4.
Pangkreas
5.
Empedu
6.
Lambung
7.
Usus halus
8.
Usus besar
9.
Ginjal
10. Kloaka
|
Gambar
: Sistem
peredaran darah
|
Keterangan
|
|
1. Atrium
kiri
2. Atrium
kanan
3. Ventrikel
|
Gambar
: Sistem
Reproduksi (jantan)
|
Keterangan
|
|
1. Testis
2. Vas
deferns
3. Kloaka
|
Gambar
: Sistem
reproduksi (betina)
|
Keterangan
|
|
1. Ovarium
2. Oviduk
3. Uteus
4. Kloaka
|
Gambar
Pembanding
Gambar
: Morfologi
Katak
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aphibia
Ordo : Anura
Family : Radinae
Genus : Rana
Spesies : Rana
sp.
|
Gambar
: Anatomi
katak
|
Gambar
: Sistem
pencernaan
|
|
|
Gambar
: Sirkulasi
|
Gambar
: Reproduksi
|
|
|
VIII.
Pembahasan :
Berdasarkan hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa amphibia merupakan hewan vertebrata yang hidup
didua tempat, yaitu di darat dan di air. Salah satunya adalah katak yang
termasuk kedalam ordo anura. Ciri-ciri katak adalah bertubuh licin dan memiliki
kaki lebih panjang dari kodok.
Sistem pernapasan pada
katak (Rana sp.) yaitu pada saat berudu (kecebong) katak bernapas dengan
insang, terdiri atas 3 (tiga) pasang insang luar yang terletak dibelakang
kepalanya. Insang luar terdiri dari lembaran-lembaran yang mengandung banyak
kapiler darah. Pada saat dewasa, katak bernapas menggunakan berupa dua kantung
kecil berdinding tipis dan elastic yang banyak mengandung kapiler darah, yaitu
paru-paru yang berhubungan dengan rongga mulut melalui sebuah lubang yang
glottis, selanjutnya menuju ke bronkus dan ke bronkiolus dan masuk ke paru-paru
dan diparu-paru terjadi pertukaran gas
dan
.
Katak (Rana sp.)
oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru, kecuali pada
fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut
dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karna tipis dan banyak terdapat kapiler
yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,
Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut
dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas
dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan
karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler
sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan
melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan
ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke
jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit
paru-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dapat terjadi di kulit.
Katak (Rana
sp.)Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga
dengan paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak
mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya
kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti
kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut
dihubungkan oleh bronkus yang pendek.
Paru-paru didalamnya
terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut
tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat
selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru.
Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi
sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah
itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi
sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen
masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas,
oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan
sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan.
Mekanisme
ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus
berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam
rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan
dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan
berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan
mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.
Sistem
peredaran darah berupa sistem peredaran tertutup dan peredaran ganda. Sistem
pencernaan pada katak sudah sempurna terdiri dari mulut, gigi, esophagus,
lambung, usus halus, usus besar dan kloaka. Makanan dari mulut masuk ke lambung
melalui esophagus (kerongkongan), di dalam lambung makanan dicerna dan kemudian
masuk ke usus halus dan selanjutnya ke usus besar. Di usus besar zat makanan
diserap dan sisa makanan akan dikeluarkan melalui kloaka. Lidah pada katak digunakan
untuk menangkap mangsa.
Sistem
otot pada katak terdiri dari otot lurik, otot polos dan otot jantung. Otot
polos dan otot jantung bekerja secara involunter, sedangkan otot lurik bekerja
secara volunteer. sistem urinaria pada katak terdiri dari ginjal yang terletak
di kedua sisi columna vertebralis. Ginjal tersebut dibungkus oleh lapisan lemak
perirenal dan lemak paru-paru. Dari ginjal kemudian menuju ke ureter, lalu
selanjutnya berakhir di vesica urinaria. Ureter berfungsi untuk mengeluarkan
urine ke vesica urinaria. Sedangkan vesica urinaria berfungsi sebagai tempat
penyimpanan urine dan mendorong urine keluar dari tubuh, yang selanjutnya
dikeluarkan melalui kloaka.
Sistem
reproduksi pada katak jantan terdapat sepasang testis. Dari testis menuju ke
saluran vasadiferensia yang bermuara pada kloaka. Sedangkan sistem reproduksi
pada katak betina terdiri dari sepang ovarium yang terdapat di bagian belakang
rongga tubuh. Pada saat masa kopulasi (perkawinan), pada ovarium terdapat ovum
yang menuju saluran oviduk, serta membesar membentuk uterus. Selanjutnya telur
tersebut akan dieluarkan melalui kloaka dari tubuh katak tersebut.
IX.
Kesimpulan :
1. Katak
pada masa pra dewasa bernafas dengan menggunakan insang, sedangkan pada masa
dewasa bernafas dengan menggunakan paru-paru.
2. Sistem
peredaran darah pada katak yaitu sistem peredaran darah ganda dan tertutup.
3. Sistem
otot pada katak terdiri dari otot polos, otot lurik dan otot jantung.
4. Sistem
urinaria pada katak terdiri dimulai dari ginjal → ureter → vesica urinaria →
kloaka.
5. Katak
jantan mempunyai sepasang testis, sedangkan katak betina mempunyai ovum.
PERCOBAAN
: III
I.
Judul Praktikum : Jaringan Epitel
II.
Tanggal Praktikum : 17 Mei 2014
III.
Tujuan Praktikum : Untuk memperhatikan struktur epitel pipih banyak
lapis yang mengalami kornifikasi (stratified squamous cornified
epithelium).
IV.
Dasar Teori :
Kulit manusia adalah lapisan luar dari tubuh manusia. Kulit berfungsi
untuk melindungi tubuh dari pathogen luar yang menyerang. Kulit terdiri dari
jutaan sel kulit, sel kulit manusia dapat mengalami kematian dan selanjutnya
mengelupas dan digantikan dengan sel kulit yang baru tumbuh. Sel kulit manusia
yang masih hidup akan terlihat lebih cerah, sedangkan sel kulit mati akan
terlihat lebih gelap.[11]
Kulit dibagi menjadi dua lapisan, yaitu kulit ari (epidermis atau
kutikula) dan kulit jaringan (dermis atau korium). Kulit epidermis terdsusun
atas epithelium berlapis, dan terdiri dari sejumlah lapisan sel yang disusun
atas dua bagian yang jelas, yaitu lapisan tanduk dan lapisan Malpighi. Lapisan
tanduk merupakan lapisan terluar yang tersusun atas sel-sel mati dan dapat
mengelupas setiap saat, serta pada lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah.[12]
Jaringan epitel mempunyai dua jenis penyusun dan dua fungsi, yaitu
pertama dapat tersususn di dalam lembaran setebal satu atau dua lapisan,
menutupi permuaan tubuh atau melapisi rongga-rongga tubuh untuk membentuk kulit
pembungkus atau membrane pembatas. Kedua, jaringan epitel tersusun berkelompok
dalam tali (cord) padat, tibula atau folikula, yang telah berkembang sebagai
cabang dari lembaran epitel dan berfungsi khusus untuk sekresi, serta
penyerapan atau pembuangan.[13]
Sel-sel epitel dapat berbentuk pipih, kubus atau batang, dan dapat
teratur di dalam suatu lapisan atau sejumlah besar lapisan, serta dapat
mempunyai rambut halus atau siliu pada permukannya. Berdasarkan sifat
structural tersebut, epitel dapat dibagi dalam beberapa kelompok. Epitel pipih
(skuama) terdiri atas sel pipih yang tipis seperti ubin. Epitel kuboid yang
terdiri atas sel-sel yang berbentuk kubus dan menyerupai dadu.[14]
Mikosis kulit atau disebut juga dengan “ring worm” disebabkan oleh 3
genus jamur, yaitu Macrosporum,
Tricophyton dan Epidermophyton.
Jamur-jamur ini menyerang permukaan tubuh yang terkeratinisasi seperti kulit
pada tubuh, kulit yang berambut seperti pada kepala, serta pada kuku. Namun,
jamur ini tidak menginfeksi ke jaringan kulit yang lebih dalam. Infeksi
sekunder oleh bakeri pada saat serangan jamur terjadi karena kekebalan tubuh
menurun akibat infeksi yang sedang terjadi.[15]
A. Alat
1.
Mikroskop
2.
Kaca benda
3.
Kaca penutup
B. Bahan
1.
Kulit
2.
Pewarna HE
VI.
Cara Kerja :
1.
Lapisan epitel
tersebut digambar dan diberi nama di bagian-bagiannya.
2.
Diidentifikasi
variasi bentuk sel mulai dari lapisan basal sampai ke permukaan bebas.
3.
Dikornifikasi
sel yang mengalami degenerasi inti dan sitoplasma.
VII. Hasil
Pengamatan :
Gambar : Lapisan Epidermis
Pembesaran : 10 x 40
|
Keterangan
|
|
1.
Stratum
Corneum
2.
Stratum
lucidum
3.
Stratum
granulosum
4.
Stratum
spinosu
5.
Stratum
basalis
|
Ganbar Pembanding
Gambar
: Lapisan epidermis
|
Gambar
: Lapisan epidermis
|
|
|
VIII. Pembahasan :
Berdasarkan hasil dari pengamatan, dapat diketahui bahwa jaringan epitel
merupakan suatu lapisan dari sel-sel yang susunannya rapat, matriks ekstra
selnya, sedikit dan biasanya membatasi rongga-rongga di dalam tubuh, serta
menutupi permukaan tubuh, dan jaringan epitel ini juga sering disebut dengan
epitel penutup. Epitel penutup juga dijumpai pada berbagai kelenjar dan disebut
juga dengan epitel kelenjar. Akan tetapi sel-sel epitel juga akan mampu
berploriferasi menjadi sel kelenjar, seperti pada kelenjar folikel berambut.
Ciri-ciri khas dari jaringan epitel diantaranya sel-selnya tertaut rapat
yang hanya dihubungkan oleh substansi interselur yang disebut desmosom. Tidak
mempunyai pembuluh darah atau limfe. Tidak mengadung serabut, serta pada
umumnya terdiri atas membrane basal atau lamina basalis. Membrane basalis
memiliki struktur lebih tebal daripada lamina basalis. Lamina basalis memiliki
serabut kolagen dan sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.
Epitel dapat diklasifikasikan menurut bentuk dan jumlah lapisannya.
Menurut bentuknya, jaringan epitel terbagi menjadi tiga, yaitu skuamosa atau
pipih (gepeng), kuboid dan kolumner atau silindris. Jaringa epitel skuamosa
atau pipih dibagi menjadi dua, yaitu epitel pipih selapis dan epitel pipih
banyak lapis. Jaringan epitel kuboid dibagi menjadi epitel kuboid selapis dan
epitel kuboid banyak lapis. sedangkan jaringan epitel kolumner atau silindris
dibagi menjadi epiter kolumner (silindris) selapis, epitel kolumner (silindris)
banyak lapis, serta epitel kolumner (silindris) banyak baris.
Fungsi dari jaringan epitel adalah sebagai alat proteksi, baik terhadap
pengaruh mekanis fisik maupun secara kimiawi. Sebagai organ eksteroseptor yang
mampu menerima ransangan dari luar. Sebagai alat ekskresi untuk membuang sisa
hasil metabolisme. Sebagai alat osmoregulasi, membantu respirasi, sebagai alat
gerak, sebagai alat nutrisi, sebagai alat absorsi dan membantu pembentukan
vitamin D serta provitamin D melalui bantuan sinar matahari.
Epitel berlapis banyk pipih yang terdapat pada daerah epidermis kulit.
Adapun bagian-bagian yang diamati dari lapisan epidermis, yaitu stratum basalis
atau stratum germinativum. Stratum ini dibangun oleh sel-sel basal yang
berbentuk silindris atau kubus yang bertubpu pada membrane basal, lapisan ini
juga ditandai dengan aktivitas mitosis yang tinggi. Stratum spinosum, yang
dibangun oleh sel-sel berbentuk kubus polygonal atau sedikit gepeng dengan inti
yang terletak di tengah. Sitoplasma memiliki tonjolan-tonjolan yang berisi
filament yang menyerupai spina atau duri.
Stratum granulosum ditandai dengan adanya 3-5 lapisan sel-sel polygonal
gepeng yang intinya terletak di tengan dan sitoplasmanya mengandung protein
yang kaya akan histidin. Stratum lusidum biasanya terdapat pada kulit yang
tebal yang terdiri atas lapisan tipis, sel-selnya berbentuk pipih, organel-organel
dan inti sudah tidak ada. Sedangkan stratum korneum terdiri atas sel-sel pipih
yang menunduk tanpa inti dan sitoplasmanya tidak mengandung karatin.
IX.
Kesimpulan :
1.
Jeringan
epitel mempunyai sel-sel dengan susunannya yang rapat.
2.
Jaringan
epitel menuru bentuk dibagi menjadi jaringan epitel skuamosa (pipih), jaringan
epitel kuboid dan jaringan epitel kolumner (silindris).
3.
Jaringan
epitel berfungsi sebagai alat proteksi dari pengaruh mekanis fisik maupun
kimiawi.
4.
Stratum granulosum
memiliki inti di tengah dan sitoplasma mengandung protein.
5.
Stratum
korneum terdri dari sel-sel pipih tanpa inti.
PERCOBAAN
:
IV
I.
Judul Praktikum :
Gigi
II.
Tanggal Praktikum :
28 Mei 2014
III.
Tujuan Praktikum :
Untuk memperhatikan struktur
histologi gigi
IV.
Dasar Teori :
Gigi manusia terdiri dari 20 gigi susu dan 32 gigi
permanen. Gigi-gigi itu bervariasi, diantara mereka dalam bentuk, ukuran, dan
jumlah puncak (cusp) serta akar, akan tetapi tiap gigi tertentu mempunyai
sifat-sifat morfologi mereka sendiri. Jaringan keras gigi terbagi ke dalam dua
bagian, yaitu mahkota yang dilapisi oleh email dan merupakan bagian gigi yang
biasanya terlihat, dan akar yang merupakan bagian gigi yang terletak di dalam
gusi serta ternanam di dalam bagian lekuk gigi.[16]
Gigi terdiri atas sebuah mahkota yang menonjol di
atas gusi atau gingival, dan satu atau lebih akar gigi yang tertanam di dalam
lubang di dalam tulang maksila atau mandibula. Batas antara mahkota dan akar
gigi disebut serviks. Gigi mempunayi rongga sentral kecil atau rongga pulpa yang
bentuknya kurang lebih sesuai dengan bentuk luar gigi. Rongga ini menjepit ke
bawah sampai ke akar sebagai kanalis-kanalis radiks sempit, yang berhubungan
dengan membrane periodontal melalui foramen apical pada ujung akar.[17]
Di dalam rongga mulut terdapat gigi yang terdiri
dari dua macam, yaitu gigi sulung dan gigi tetap. Gigi sulung mulai tumbuh pada
anak-anak yang berumur 6 – 7 bulan. Pada umur 2½ tahun gigi pada anak-anak
sudah berjumlah 20buah, yang biasa disebut juga dengan gigi susu. Gigi tetap (gigi
permanen) tumbuh pada anak yang berumur 6 – 18 tahun dengan jumlahnya mencapai
32 buah. Gigi lengkap terdiri dari 8 gigi seri, 4 gigi taring, 8 gigi geraham
(molare), serta 12 gigi geraham (premolare).[18]
Periodontalis kronis merupakan salah satu penyakit
peradangan pada jaringan periodontal yang disebabkan terutama oleh bakteri
spesifik pada bagian subgingiva, dan berlanjut ke struktur jaringan penyangga
gigi yaitu sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Kejadian ini
mengakibatkan hilangnya perlekatan pembentukan paket periodontal, migrasi
patologis yang dapat menimbulkan diastema dan kegoyangan gigi yang dapat
berakibatkan tanggalnya gigi.[19]
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit
gigi-mulut yang banyak diderita oleh masyarakat, yaitu sebesar 4 – 5% penduduk
menderita penyakit periodontal periode lanjut yang dapat menyebabkan gigi
goyang serta lepas. Salah satu penyebab terjadinya penyakit periodontal ini
adalah disebabkan oleh adanya karang gigi atau kalkulus. Penyakit periodontal
ini juga sudah banyak dijumpai pada anak-anak yang berusia muda.[20]
V. Alat
dan Bahan :
A. Alat
1. Mikroskop
2. Kaca
benda
3. Kaca
penutup
B.
Bahan
1. Gigi
taring
VI.
Cara Kerja :
1. Digambar struktur gigi yang meliputi carona dengan lamella enameli
(pita Retzius dan Schreger) dan dentin dengan lamella dentinalis, cervix dan
pulpa dentin.
VII. Hasil
Pengamatan :
Gambar : Gigi
taring
Pembesaran : 10 x 40
|
Keterangan
|
|
1. Email
2. Gingival
3. Dentin
4. Mahkota
5. Lamella
dentinalis
6. Pulpa
7. Servix
8. Akar
9.
|
Gambar :
Pembesaran : 10 x 40
|
Keterangan
|
|
1. Pita
terang
2. Pita
gelap
|
Gambar Pembanding
Gambar
: Gigi
|
|
|
|
|
|
VIII. Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa
gigi merupakan bagian keras yang terdapat di dalam mulut. Gigi memiliki
struktur yang bervariasi yang memungkinkan untuk melakukan banyak tugas. Fungsi
utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyak makan. Ada 4 macam gigi yang
terdapat di dalam mulut, yaitu diantarnya gigi seri, gigi taring, gigi geraham
kecil, serta gigi geraham.
Gigi seri merupakan gigi yang memiliki satu akar
yang berfungsi untuk memotong dan mengerat makanan. Gigi taring merupakan gigi
yang memiliki satu akar yang berfungsi untuk mengoyak makanan. Gigi geraham
kecil merupakan gigi yang mempunyai dua akar yang berfungsi untuk mengilas dan
menguyah makanan. Gigi geraham merupakan gigi yang memiliki tiga akar yang
berfungsi untuk melumat dan mengunyah makanan.
Gigi terdiri dari dua bagian besar, yaitu bagian
yang tertanam di dalam gingival yang disebut dengan akar gigi (root). Sedangkan
bagian yang menonjol di atas gingival disebut mahkota gigi (cown). Tempat
peralihan dari mahkota ke akar gigi disebut leher gigi (servix). Rongga sentral
yang terdapat pada gigi disebut rongga pilpa. Gingiva merupakan jaringan yang
menutupi bagian servikal gigi dan tulang alveolar. Gingival terbagi atas
gingival bebas, gingival cekat, serta gingival interdental.
Gigi tersusun atas jaringan ikat khusus yang
mengalami kalsifikasi yang disebut dengan dentin. Di daerah mahkota gigi dentin
diselaputi oleh jaringan yang keras yang disebut dengan email. Dentin merupakan
bahan utama dari gigi, dentin juga mengelilingi pilpa gigi. Dentin pada gigi
sangat peka terhadap panas, dingin, asam, serta trauma. Email merupakan komponen
gigi tang paling keras, karena mengandung banyak kalsium. Email mempunayi
struktur yang berbentuk prisma yang disebut dengan prisma gigi.
IX.
Kesimpulan :
1. Gigi
berfungsi untuk merobek dan mengonyah makanan.
2. Gigi
terbagi menjadi empat macam, yaitu gigi seri, gigi taring, gigi geraham kecil,
serta gigi geraham.
3. Gigi
terdiri atas akar, mahkota, servix, pulpa, dentin, serta email.
4. Gingival
terbagi atas gingival bebas, gingival cekat, serta gingival interdental.
5. Gigi
tersusun atas jarinagn ikat.
PERCOBAAN : V
I.
Judul
Praktikum : Kelenjar
II. Tanggal
Praktikum : 17 Mei 2014
III. Tujuan
Praktikum : Untuk nmemperhatikan bagian-bagian dari glandula
sublingualis
IV. Dasar
Teori ;
Kelenjar
lidah merupakan salah satu komponene dalam sistem pencernaan.
Kelenjar ludah menghasilkan sekreta berupa air luda yang berfungsi membantu
membasahi dan melunakkan makanan yang kering, media untuk memecahkan dan
mengencerkan bahan makanan, menpertahankan pH dalam rongga mulut, memecah
karbohidrat dan sebagai zat anti bakteri.[21]
Kelenjar
sublingualis terletak di bawah lidah, salurannya (duktus rinuvus), menuju
lantai rongga mulut. Selaput rongga mulut mengandung kelenjar kecil lainnya
disebut kelenjar bukkal. Semua kelenjar menghasilkan air ludah (saliva), untuk
membasahi makanan, kira-kira 1600 cc saliva disekresikan setiap hari lebih dari
99% saliva terdiri dari air, sisanya terdiri dari garam urea, lendir,
loikarbonat, lisozim, saliva yang ditelan akan diabsorpsi kembali.[22]
Saliva
dihasilkan dalam mulut oleh kelenjar ludah parostis, submandibularis dan
sublingualis, saraf sekretomotornya merupakan serat-serat parasimpatik yang
berhubungan dengan saraf otot. Pembentukan saliva dipelajari dengan memasukkan
koteler halus pada saluran ludah. Rangsangan untuk pembentukan saliva adalah
adanya makanan dalam mulut, melihat, mencium, dan memikirkan makanan. Kegiatan
parasimpatik yang menimbulkan sekresi saliva yang berasal dari nukleus
salivatonus temperior dan inferor yang terletak diformasion retikularis pada
pons dan mandula oblongata.[23]
Kelenjar ludah yang
terbesar adalah glandula parotis yang terletak di bawah tulang pipi di depan
telinga. Sebagian dari kelenjar ini terletak di sebelah luar tulang rahang
bawah menutupi m. messeter dan sebagian lagi terletak di sebelah dalam tulang
itu. Hubungan yang demikian erat dengan tulang rahang bawah menimbulkan rasa
nyeri pada waktu menguyah makanan jika terjadi radang atau infeksi pada
kelenjar ini. Saluran keluar kelenjar ini bermuara di depan mahkota gigi molar
kedua atas.[24]
Penyakit kelenjar
tiroid (kelenjar gondok) termasuk penyakit yang sering ditemukan di dalam
kehidupan masyarakat. Hipertiroid merupakan salah satu penyebab penyakit
kelenjar tiroid, ini merupakan salah satu penyakit hormone yang menempati
urutan kedua terbesar di Indonesia setelah penyakit diabetes.[25]
V. Alat
dan Bahan :
A. Alat
1. Mikroskop
B. Bahan
1.
Kelenjar
sublingualis (SD-22)
VI. Cara
Kerja :
1.
Digambar
bagian-bagian dari glandula sublingualis ini yang meliputi acinus (sel-sel
acianus, sel-sel mioepitel, serous semilunaris, duktus intralabularis dan
interlobularis.
VII. Hasil
Pengamatan :
Gambar : Kelenjar saliva mukos
Pembesaran : 10 x 40
|
Keterangan
|
|
1.
Glndula
2.
Inti sel
3.
Bagian basal sel
|
Gambar : Sel serous
Pembesaran : 10 x 40
|
Keterangan
|
|
1. Inti sel
2. Bagian basal
3. Lumen
|
Gambar Pembanding
Gambar: Kelenjar
|
Gmabar: Ductus inter loburalis
|
|
|
|
|
VIII. Pembahasan :
Berdasarkan
hasil pengamatan diketahui bahwa kelenjar sistem pencernaan manusia adalah
kelenjar ludah, pangkreas dan hati dan organ penyimpanan, kantong empedu dengan
manusia sebangai contohnya makanan yang dimakan melalui saluran pencernaan dan
melihat lebih rinci apa yang terjadi pada makanan itu masing-masing pengolahan
disepanjang saluran pencernaan itu.
Kelenjar
memiliki bagian-bagian seperti mokosa , lobulus, duktus interlobus, duktus
intrabularis dan adanya septa, jika bentuknya yang pekat itu yang dinamakan
sorus dan warna bening itu dinamakan mukosa kelenjar saliva, yang memproduksi
kelenjar saliva sejenis cairan bersifat
viscous. Saliva yang mengandungenzim pencernaan seperti piyalin atau amilase
dan maltosa,. Saliva mempunyai fungsi diantarannya membasahi dan lubrikan
rongga mulut, membersihkan rongga mulut
dari bahan-bahan seluler dan bahan makanan yang mengandung bakteri,
membersikan makanan agar lebih lunak dan licin, sehingga mudah ditelan dan
mencernakan karbohidrat.
Kelenjar
saliva ada yang bersifat serous dan mukos, kelenjar serous lumen asianusnya
lebih sempit. Inti sel sekresinya bulat dan terletak dibagian tengah se, sel
sekresi beraspek lebih gelap karena mempunyai banyak ribosom terutama pada
bagian basalnya. sel serous sangat positif bereaksi dengan perwarnaan sedangkan
mukos lumennya lebih lebar. Kapiler diantara sel-sel sekresi jarang dijumpai,
inti sel gepeng terletak dibasal sel sitoplasmanya beraspek lebih cerah, karena
glanulannya tidak banyak dengan perwarnaan mewujudkan bahwa granula sel-sel
serous bewarna merah sedangkan pada mukos bewarna biru.
Kelenjar
serous dan mukos terdapat pula campuran keduannya yang disebut kelenjar
campuran, kelenjar campuran ini terdapat pada manusia dan hewan. Biasanya
sel-sel campuran tersebut berbentuk bulan sabit biasanya disebut serous
semilunaris. Kelenjar subligunalis merupakan kelenjar tubula asiner bercabang termasuk
kelenjar campuran, tetapih tidak mempunyai asini semata-mata dibentuk oleh
sel-sel serous. Pada kelenjar ini sel-sel mukos lebih dominan, sel-sel serous
membentuk semilunar pada asini mukos.
IX. Kesimpulan :
1.
Kelenjar
pencernaan manusia adalah berupa kelenjar ludah
2.
Bagian-bagian
kelenjar yaitu mukosa, lobulus, duktus interlobus, duktus introlabulansi dan
septa.
3.
Kelenjar
saliva bersifat serous dan mukos
4.
Kelenjar
sublungualis merupakan kelenjar tubulo asiner bercabang termasuk kelenjar
campuran.
5. Sel serous sangat positif bereaksi dengan pewarnaan,
sedangkan sel mukos lumennyan lebih lebar.
PERCOBAAN: VI
I.
Judul Praktikum : Lidah
II.
Tanggal Praktikum : 17 Mei 2014
III.
Tujuan Praktikum : Untuk memperhatikan bentuk dari papilla dan
otot
Lidah
IV.
Dasar Teori :
Lidah
adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan ransangan rasa dari
benda-benda yang masuk kedalam mulut kita. Lidah dapat merespon berbagai jenis
dan macam rasa seperti rasa manis, rasa pahit, rasa asam, dan rasa asin. Kita
dapat menikmati makanan dan minuman karena adanya indera pengecap ini. Bagian
lidah depan, berguna untuk merasakan rasa asin, bagian yang sebelah samping
untuk rasa asam, bagian tepi depan berfungsi untuk merasakan rasa manis atau
bagian lidah yang belakang untuk rasa pahit.[26]
Lidah
berfungsi sebagai indera pengecap tersebut terletak pada bagian permukaan atas
terbagi menjadi daerah yang peka terhadap rasa-rasa yang berbeda (manis, pahit,
asin, dan asam). Alat pengecap untuk rasa pahit terletak pada lidah bagian
samping, bagian untuk rasa asin, serta bagian belakang untuk rasa masam. Permukaan
lidah juga dapat merasakan panas, dingin, kasar, halus, dan nyeri.[27]
Secara
garis besar lidah dibagi atas dua bagian yaitu 2/3 bagian depan (yang disebut
apeks) dan 1/3 bagian belakang (yang disebut dorsum). Bagian depan lidah sangat
fleksibel dan bekerjasama dengan gigi dalam pengucapan huruf-huruf. Bagian
tersebut juga membantu untuk menggerakkan makanan kessegala arah saat sedang
menguyah. Lidah juga mendorong makanan kepermukaan kunyah gigi sehingga gigi
dapat mengilasnya.[28]
Pengecap
rasa pada lidah adalah taste buds. Taste buds mengandung pori-pori atau dikenal
sebagai taste pare yang mengandung mikrofili yang membawa sel gustatory yang
akan diselimuti oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrofili merupakan reseptor
permukaan bagian rasa. Teste buds mengandung beberapa reseptor rasa, yaitu rasa
masam, asin, manis, pahit, dan umami. [29]
Bagian
lidah terdiri dari apeks linguae, korpus linguae dan radiks linguae. Apeks
linguae (ujung lidah) berbentuk ssempit dan pipih berhadapan dengan gigi
inasifus bawah. Korpus linguae terdiri dari margolateralis (tepi lidah yang
berhadapan dengan gigi) dan dorsum linguae (permukaan kranis dari korpus dan
radiks yang berhadapan dengan palatum dan orofarins serta fascis interior
(permukaan bawah lidah yang menghadap kedasar mulut) dihubungkan ke mandigula
oleh musculus gerfiagiasus.[30]
V.
Alat dan Bahan :
A.
Alat
1. Mikroskop
2. Kaca
benda
3. Kaca
penutup
B.
Bahan
1. Lingua
(sd-s)
2. Pewarna
HE
3.
VI.
Cara kerja :
1.
Digambar struktur umum dari lingua yang
meliputi papilla valata yang dikelilingi oleh papillae (epitel pipih banyak
lapis noncornificatum, gamma gustatoria didinding salcus papillae, glandula
serosa diantara serabut otot).
2.
Diperhatikan jenis sel yang lainnya (sel
gustatoria dan sel basalis), dan diberi nama masing-masing bagian.
VII.
Hasil
Pengamatan :
Gambar : Lidah
Pembesaran : 10 x 40
|
Keterangan
|
|
1. Papilla
filiformis
|
Gambar pembanding
Gambar:
Lidah
|
|
|
|
VIII.
Pembahasan :
Berdasarkan hasil dari
pengamatan dapat diketahui bahwa lida merupakan bagian tubuh yang penting.
Lidah berfungsi sebagai alat indera pengecap yang terdapat kemoreseptor untuk
merasakan respon asin, asam, pahit, serta rasa manis. Selain itu, lidah juga
berfungsi unutk mendorong makan, mengaduk makanan, membolak-balik makanan,
merasakan kasar dan lembutnya makanan, serta melumatkan makanan.
Lidah tersusun atas
sekumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan
makanan dengan cara mengunyah dan menelan. Lidah sebagian besar terdiri dari
otot intrinsik dan otot ektrinsik. Otot intrinsik merupakan otot yang melakukan
semua gerakan halus. Sedangkan otot eksrinsik merupakan otot pengkait antara
lidah pada bagian-bagian disekitarnya dan melaksanakan gerakan kasar pada saat
mengunyah dan menelan makanan.
Lidah dibangun oleh
suatu struktur yang disebut dengan kuncup pengecap (tast buds). Pada lidah
lebih kurang terdapat 10.000 kuncup pengecap yang tersebar di permukan atas dan
di sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap tertanam dibagian epitel lidah dan
bergabung dengan tojolan-tonjolan lidah yang disebut dengan papilla. Kuncup
pengecap tersusun dari sel pendukung dan sel pengecap yang berbentuk memanjang
serta memiliki mikrovili. Pada mikrovili teradapat reseptor molekul protein
yang dapat menyebabkan otak dapat mengenal 5 rasa pengecap dasar, yaitu rasa
manis, rasa asin, rasa pahit, rasa masam, serta rasa umami.
Selaput lendir (membrane
mukosa) lidah selalu lembab dan ketika waktu sehat akan berwarna merah jambu,
bagian permukaan atasnya seperti beludru dan ditutupi oleh papilla-papila.
Papilla terdiri dari tiga jenis, yaitu papilla filiformis, papilla sirkumvata,
serta papilla fungiformis. Papilla filiformis berbentuk seperti benang halus
dan jumlahnya banyak, serta tersebar di seluruh permukaan lidah. Terdapat di
dalam dinding papillae sirkuvalata dan fungiformis yang berfunsi untuk menerima
rasa sentuhan daripada rasa pengeap yang sebenarnya. Papilla sirkumvalata
berbentuk bulat, tersusun berjejer membentuk huruf V yang terletak di bagian
belakang lidah yang berjumlah 8 – 12 buah. Papilla ini mengandung kelenjar
mukos dan serous, serta juga banyak terdapat putik pengecap. Papilla
fungiformis berbentuk seperti jamur dan terletak di bagian ujung dari sisi
lidah.
Lidah terdiri atas
beberapa bagian-bagian, diantaranya yaitu bagian ujung atau tepi, bagian
samping, bagian pinggir, serta bagian belakang. Bagian ujung atau tepi lidah
digunakan untuk mengecap rasa manis. Bagian samping lidah digunakan untuk
mengecap rasa masam. Bagian pinggir lidah digunakan untuk mengecap rasa asin.
Sedangkan bagian belakang lidah digunakan untuk mengecap rasa pahit.
IX.
Kesimpulan :
1.
Lidah berfungsi sebagai alat indera
pengecap.
2.
Lidah tersusun atas otot intrinsik dan
otot ektrinsik.
3.
Lidah dibangun oleh suatu struktur yang
disebut dengan kuncup pengecap (tast buds).
4.
Papilla yang ada pada lidah manusia
terdapat tiga jenis yaitu papilla filiformis (berbentuk benang), papilla
volatae (bentuk huruf v), dan papilla fungiformis (berbentuk jamur).
5.
Lidah terdiri atas beberapa bagian,
yaitu bagian ujung, bagian samping, bagian pinggir, serta bagian belakang.
PERCOBAAN
: VII
I.
Judul
Praktikum : Pengamatan
Anatomi Aves
II. Tanggal Praktikum :
21
Mei 2014
III. Tujuan Praktikum : Untuk
memperhatikan struktur dan bagian-
bagian
dari sistem otot, sistem cerna, sistem pernafasan, sistem urinasi, sistem
reproduksi, sistem syaraf dan sistem peredaran darah.
IV. Dasar Teori :
Sistem pencernaan unggas berbeda
dari sistem pencernaan mamalia, dalam hal ini unggas tidak mempunyai gigi guna
mencegah makan secara fisik. Lambung kelenjar (khemis) pada unggas disebut
proventrikulus. Antara proventikulus dan mulut terdapat pelebaran kerongkongan,
yang disebut dengan tembolok. makanan disimpan untuk sementara waktu di dalam
tembolok, kemudian makanan tersebut dilunakkan sebelum menuju ke proventikulus.
Dari proventikulus, makanan menuju ke ventrukulus atau empedal.[31]
Sistem respirasi dimulai dari lubang
hidung yang terletak pada paruh yang dihubungkan ke narres interna di atas
rongga mulut. Glotis yang seperti celah, di lantai faring, terhubung ke
kerongkongan yang panjang dan fleksibel atau yang disebut dengan trakea, yang
diperkuat oleh lengkung tulang rawan. Kotak suara atau siring di dasar trakea
mengandung pita suara muscular. Kemudian menuju ke bronkus, baru lalu menuju ke
paru-paru.[32]
Fertilisasi terjadi secara internal,
serta tidak mempunyai organ kolulasi khusus. Hanya mempunyai satu ovarium di
sebelah kiri. Sebelum telur dikeluarkan mendapat albumin dan cangkang di dalam
oviduk. Buruung muda yang barun menetas berada di dalam kondisi yang sangat
lemah, yang disebut dengan kondisi altresial.[33]
Sistem peredaran darah pada burung
berupa sistem peredaran darah ganda dan sistem peredaran darah tertutup. Darah
dari seluruh tubuh yang mengandung karbon dioksida mengalir ke ventrikel kanan,
kemudian baru dipompa menuju ke paru-paru. Di paru-paru karbon dioksida
dilepaskan dan oksigen diikat. Darah yang mengandung oksigen ini masuk ke
atrium kiri, lalu kemudian menuju ke ventrikel kiri.[34]
Penanda
molukuler telah berguna untuk menjawab berbagai pertanyaan yang menyangkut
upaya konservasi dan biologi populasi pada berbagai jenis burung. DNA
mitokondria adalah penanda genetic yang sangat penting digunakan di dalam
mempelajari evolusi. Kekerabatan dan variasi genetic pada berbagai taxa hewan,
dan juga sering digunakan untuk mengevaluasi diversitas genetic pada berbagai
burung.[35]
V.
Alat
dan Bahan :
A.
Alat
1.
Nampan bedah
2.
Alat bedah
B.
Bahan
1.
Merpati
2.
Chloroform
3.
Eter
VI.
Cara
Kerja :
1.
Burung dibis dengan digunakan chloroform
atau eter, lalu selanjutnya diperhatikan bagian-bagiannya.
2.
Bulu yang terdapat pada burung dicabut
sampai kelihatan bulu-bulu halus. Selanjutnya dicuci sampai bersih, lalu
diletakkan burung tersebut di atas nampan bedah, kemudian kedua kaki dan sayap
direntangkan lalu diikat dengan menggunakan benang. Dibuat toresan media di
bagian kulit (daerah ventral) dari depan sampai mandibula. Dilepaskan
kulit-kulit dari otot-otot supaya bisa dilihat carina sterni. Dilepaskan
musculus dari orogonya dengan cara dibuat turisan sejajar dengan crista sterni
di otot tersebut. Dibersihkan kedua musculus tersebut sehingga sternum terlihat
lebih jelas, kemudian dibuka osternum tersebut dengan hati-hati agar organ yang
terdapat di dalamnya tidak rusak. Dibuka terlebih dahulu otot erut dengan
gunting dan diteruskan ke cranial sehingga tulang rusuk tidak terpotong.
Dilepaskan persedian tulang dada dengan tulang humerus secara hati-hati,
sehingga osternum terlepas.
3.
Digambar semua jeroan yang nampak, lalu diperhatikan
bentuk dan warna, serta digambar susunan organisasi dari semua sistem yang ada.
VII.
Hasil
Pengamatan :
Gambar : Burung
merpati
|
Keterangan
|
|
1. Kepala
2. Mata
3. Nares
4. Sayap
5. Kaki
6. Paruh
7. Jari
8. Ekor
|
Gambar : Sistem
respirasi
|
Keterangan
|
|
1. Paru-paru
2. Trakea
3. Lubang
hidung
4. Kantong
udara anterior
5. Kantong
udara posterior
|
Gambar : Sistem
pencernaan
|
Keterangan
|
|
1. Paruh
2. Rongga
mulut
3. Kerongkongan
4. Tembolok
5. Hati
6. Lambung
kelenjar
7. Empedal
8. Usus
halus
9. Usus
besar
10. Kloaka
|
Gambar : Sistem urinaria
|
Keterangan
|
|
1. Ginjal
2. Ureter
3. Uretra
4. Kloaka
|
Gambar : Sistem
reproduksi (jantan)
|
Keterangan
|
|
1. Testis
2. Ginjal
3. Vasa
deferens
4. Usus
5. Uretra
6. Kloaka
|
Gambar : Sistem
reproduksi (betina)
|
Keterangan
|
|
1. Telur
pada ovum
2. Ovarium
kiri
3. Ovarium
kanan
4. Uretra
5. Uterus
6. Ginjal
7. Kloaka
|
Gambar : Sistem
Sirkulasi
|
Keterangan
|
|
|
Gambar Pembanding
Gambar
: Burung
merpati
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas :
Aves
Ordo : Columbiformes
Famili :
Columbidae
Genus :
Columba
Spesies : Columba
livia
|
Gambar
: Anatomi
merpati
|
Gambar
: Sistem
pencernaan
|
|
|
Gambar
: Sistem
pernafasan
|
Gambar
: Sistem
Reproduksi
|
|
|
|
VIII. Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan,
dapat diketahui bahwa aves merupakan hewan yang memiliki bulu hamper di seluruh
bagian tubuhnya. Aves juga merupakan hewan ovivar atau bertelur, bernafas
dengan menggunakan paru-paru. Selain itu, pada aves juga mempunyai sayap yang
merupakan hasil modifikasi dari ekstremitas anterior. Pada aves juga mempunyai
paruh dan tembolok.
Sistem otot pada burung
merpati diantaranya adalah otot pektoralis atau otot dada yang dapat mengatur
gerakan sayap, dan otot ini juga memberikan kepakan sayap yang kuat untuk
terbang. Otot medialis (bawah) sampai pektoralis dinamakan otot supracoideus.
Otot ini berfungsi pada saat burung mengangkat dan menggepakkan sayap.
Otot-otot kulit dapat membantu burung pada saat terbang dengan menyesuaikan
arah bulu yang melekat pada otot kulit dan membantu burung pada sat melakukan
maneuver penerbangan. Otot pygostyle yang terletak pada bagian ekor yang
berfungsi untuk mengontrol semua gerakan di bagian ekor.
Sistem pencernaan pada
burung merpati dimulai dari paruh, yang berfungsi untuk mengambil makanan.
Selanjutnya masuk ke dalam rongga mulut, lalu kemudian menuju ke kerongkongan.
Pada bagian bawah kerongkongan terdapat tembolok, yang berfungsi untuk
menyimpan makanan. Kemudian makanan baru masuk ke lambung kelenjar, yang berfungsi
untuk mencerna makanan secara kimiawi. Selanjtnya masuk ke lambung pengunyah
(enpedal), yang berfungsi untuk menghancurkan makanan. Selanjutnya makanan
menuju ke usus halus, usus besar, rektrum, serta berakhir di kloaka. Usus halus
pada burung merpati lebih besar dari pada usus besarnya.
Sistem pernafasan
(respirasi) pada burung merpati dimulai dari lubang hidung yang terdapat pada
pangkal paruh. Udara yang masuk kemudian menuju ke celah trakea yang terdapat
pada dasar faring, yang menghubungkan trakea. Trakera panjang berupa pipa
bertulang rawan dan berbentuk cincin, serta bercabang menjadi dua bagian pada
bagian akhir trakea, yaitu yang disebut dengan bronkus kanan dan bronkus kiri.
Di dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink, yang terhubung dengan
paru-paru. Akan tetapi, pada saat terbang proses respirasi pada burung dibantu
oleh kantong udara.
Sistem urinasi pada
burung merpati dimulai dari ginjal, kemudian baru menuju ke ureter, lalu menuju
ke vesica urinaria. Selanjutnya menuju ke uretra, serta berakhir di kloaka.
Burung merpati mempunyai sepang ginjal yang bertipe metanefros. Ginjal pada
burung merpati terletak di sebelah dorsal, serta ujungnya buntu dan menerima
filtrate dari darah.
Sistem reproduksi pada
burung merpati yang jantan memiliki sepasang testis yang berbentuk oval dan
berwarna putih, melekat di sebelah anterior dari ren dengan suatu alat
penggantung. Testis sebelah kanan lebih kecil daripada testis yang sebelah
kiri. Dari masing-masing testis berhubungan dengan saluran vasa deferens yang
sejajar dngan ereter, kemudian baru menuju ke kloaka. Sedangkan pada burung
merpati yang betina terdiri dari oviduct ovarium, tuba fallopi, osteum tuba,
bursa fibri, serta berakhir di kloaka. Kloaka merupakan satu saluran dengan
mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai sistem pencernaan, sistem ekskresi, serta
sebagai sistem reproduksi.
Sistem peredaran darah
(sirkulasi) pada burung merpati merupakan sistem peredaran darah tertutup.
Darah yang dipompa oleh jantung yangkemudian dialirkan ke seluruh tubuh dan
akan kembali lagi ke jantung melalui pembuluh darah. Jatung pada burung merpati
terdiri dari 4 ruang, yairu 2 atrium (serambi), dan 2 ventrikel (bilik).
Ventrikel pada burung merpati lebih tebal daripada atrium. Hal ini disebabkan
karena ventrikel berfungsi sebagai alat untuk memompa darah.
IX.
Kesimpulan :
1.
Sitem percernaan pada burung merpati
dimulai dari paruh → rongga mulut → kerongkongan → tembolok → lambung kelenjar
→ lambung pengunyah → usus halus → usus besar → rektrum → kloaka.
2.
Sistem pernafasan pada burung merpati
dimulai dari lubang hidung → celah trakea → faring → trakea → bronkus →
bronkiolus.
3.
Sistem urinasi pada burung merpati
dimulai dari ginjal → ureter → vesica urinaria → uretra → kloaka.
4.
Burung merpati jantan mempunyai sepasang
tertis yang berbebtuk oval, sedangkan burung merpati betina mempunyai ovum.
5.
Sistem peredaran darah pada burung
merpati adalah sistem peredaran darah tertutup.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
Fahrudi, Setiawan, Dkk., “Sistem Cerdas Menghitung
Sel Kulit Mati
Manusia degan Metode
Improved Counting Morphology”, Jurnal EECCIS,
Vol.
7, No. 1, 2013.
Anis,
Irmawati., “Penurunan Sensitivitas Rasa
Manis Akibat Pemakaian Pasta Gigi
yang Mengandung Sodium
Lauryl Sulphate 5%”, Jurnal PDGI, Vol. 68, No.
2,
2009.
Campbell,
Dkk., Biologi Edisi Ke-5 Jilid 3,
Jakarta: Erlangga, 2004.
Daniel,
S. Wibowo., Anatomi Tubuh Manusia,
Jakarta: Gramedia, 2004.
Dwi,
Astuti., “Variasi Gen
MitokondriaCytochrome b pada Dua Jenis Burung
Kakatua Putih (Cacatua
alba dan Cacatua moluccensis)”, Jurnal Biologi
Indonesia,
Vol. 7, No. 2, 2011.
Eva,
Tyas, Utami, Dkk., “Efek Kondisi
Hiperglikemik Terhadap Struktur Ovarium
dan Siklus Estrus
Mencit”, Jurnal Ilm Dasar, Vol. 10, No. 2, 2009.
F.
X. Sintawati., “ Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut
Masyarakat DKI Jakarta
Tahun 2007”, Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 8,
No.
1, 2007.
Gerrit,
Bevelander., Dasar-Dasar Histoogi Edisi
Ke-8, Jakarta: Erlangga, 2000.
Grean.,
Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia,
Tanggerang: Binarupa Aksara, 2002.
Harsa,
Rusda, Dkk., “Hubungan Kadar Ft4 dengan
Kejadian Tirotoksikosis
berdasarkan Penialian
Indeks New Castle pada Wanita di Daerah Ekses
Yodium”,
Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 2, No. 2, 2013.
I. Ketut,
Mudite, Adnyane., “Morfologi Kelenjar
Ludah Kambing, Kucing dan Babi:
dengan
Tinjauan Khusus pada Distribusi dan Kandungan Karbohidrat”,
Jurnal
Kedokteran Hewan, Vol. 3, No. 2, 2009.
Ismail,
Yasin., “Pencernaan Serat Kasar pada
Ternak Unggas”, Jurnal Ilmiah, Vol.
21, no. 3, 2010.
Koes,
Irianto., Struktur dan Fungsi Tubuh
Manusia untuk Para medis, Bandung:
Yrama Widya, 2004.
Kiki,
Nurtjahja, Dkk., “Identivikasi Jenis dan
Jumlah Bakteri pada Pasien Mikosit
Kulit”,
Jurnal Biologi Sumatra, Vol. 1, No. 1, 2006.
Mukayat,
Djarubito, Brotowijoyo., Zoologi Dasar,
Jakarta: Erlangga, 1990.
Murat,
Sajuti., Sistematika Vertebrata,
bandung: Universitas Panjajaran, 2003.
Nurul,
Fikri., Budidaya Ikan Nila, Jakarta:
Erlangga, 2001.
Ridwan,
Mohammad., Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis,Jakarta: Gramedia,
2001.
Slamet,
Prawirohartono., Biologi Umum,
Jakarta: Erlangga, 2002.
Sofian,
Ahmad., Ilmu Uraian Tubuh Manusia,
Jakarta: CV. Teragung, 2003.
Storer,
I. Tracy., Dasar-Dasar Zoologi,
Tanggerang: Binarupa Aksara, 2005.
Sugeng,
Mashudi., Anatomi dan Fisiologi Dasar,
Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Syaifuddin.,
Fungsi Sistem Tubuh Manusia,
Jakarta:Widya Medika, 2000.
Teguh,
Budipitojo, Dkk., “PengaruhPenangkaran Terhadap
Profil Eritrosit Lumba-
lumba
Hidung Botol dan Perairan Laut Jawa”, Jurnal Sains Veteriner,
Vol.
30, No. 1, 2012.
Trijani,
Suwandi., “Perwatan awal Penutupan
Diastema Gigi Goyang pada
Penderita
Periodontitis Kronis Dewasa”, Jurnal PDGI, Vol. 59, No. 1,
2010.
Villee,
Walker, Barnes., Zoologi Umum Edisi Ke-6
Jilid I, Jakarta: Erlangga, 1984.
[1] Nurul, Fikri., Budidaya
Ikan Nila (Jakarta:
Erlangga,
2001), hal.
96.
[2] Murat,
Sajuti., Sistematika Vertebrata (Bandung:Universitas Padjajaran, 2003),
hal. 142.
[3] Storer., General
Zoologi (United State America:
Mc Grawn Hill Book Campany,
2009), hal. 123.
[4] Teguh, Budipitojo, Dkk., “Pengaruh Penangkaran Terhadap Profil
Eritrosit Lumba-lumba Hidung Botol dari Perairan LautJawa’, Jurnal Sains
Veteriner, Vol. 30, No. 1, 2012, hal. 52.
[5] Eva,
Tyas, Utami, Dkk., “Efek Kondisi
Hiperglikemik Terhadap Struktur Ovariu dan Siklus Estrus Mencit”, Jurnal
Ilmu Dasar, Vol. 10, No. 2, hal. 219.
[6] Mukayat., Zoologi Dasar (Jakarta:
Erlangga. 2000), hal. 194.
[7] Tracy., Dasar-Dasar Zoologi
(Tangerang: Bina Rupa Aksara, 2000), hal. 529.
[8] Helen Kurniati., Jenis-Jenis Kodok Di Taman Nasional Gunung
Halimun”, Jurnal Fauna Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2009, hal. 31-34.
[9] Harminto Sundowo., Biologi
Umum, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2001), hal. 112.
[10] Campbell., Biologi Edisi
Kedelapan, (Jakarta:
Erlangga, 2008), hal. 286.
[11] Ahmad, Fahrudi, Setiawan, Dkk.,
“Sistem Cerdas Menghitung Sel Kulit Mati
Manusia dengan Metode Improved Counting Morphology”, Jurnal, EECCIS, Vol.
7, No. 1, 2013, hal. 28.
[12] Koes, Irianto., Sruktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk
Paramedis, (Bandung: Yrama Widya, 2004), hal. 233.
[13] Gerrit, Bevelander., Dasar-Dasar Histologi Edisi Ke-8,
(Jakarta: Erlangga, 2000), hal. 33.
[14] Villee, Walker, Barnes., Zoologi Umum Edisi Ke-6 Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 1984), hal. 59-60.
[15] Kiki, Nurtjahja, Dkk., “Identifikasi Jenis dan Jumlah Bakteri pada
Pasien Mikosit Kulit”, Jurnal Biologi Sumatra, Vol. 1, No. 1, 2006, hal. 1.
[16] Gerrit, Bevelander., Dasar-Dasar Histologi Edisi Ke- 8,
(Jakarta: Erlangga, 2000), hal. 222.
[17] Don, W. Fawcett., Buku Ajar Histologi, (Jakarta: EGC,
2002), hal. 516.
[18] Syaifuddin., “Fungsi Sistem Tubuh Manusia, (Jakarta:
Widya Medika, 2000), hal. 76.
[19] Trijani, Suwandi., “Perawartan Awal Penutupan Diastema Gigi
Goyang pada Penderita Periodontitis Kronis Dewasa”, Jurnal PDGI, Vol. 59,
No. 1, 2010, hal. 105.
[20] F. X. Sintawati., “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebersihan
Gigi dan Mulut Masyarakat DKI Jakarta Tahun 2007”, Jurnal Ekologi
Kesehatan, Vol. 8, No. 1, 2007, hal. 860.
[21] I, Ketut, Mudite, Adnyane., “Morfologi Kelenjar Ludah Kambing, Kucing dan
Babi: dangan Tinjauan Khusus pada Distribusi dan Kandungan Karbohidrat”,
Jurnal Kedokteran Hewan, Vol. 3, No. 2, 2009, hal. 191.
[22] Kus Irianto,
Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk
Paramedis, (Bandung:Yrama Widya, 2007), hal. 173.
[23] Grean, Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia,
(Tanggerang: BinarupaAaksara, 2002), hal.
4.
[24] Daniel, S. Wibowo., Anatomi Tubuh Manusia, (Jakarta:
Gramedia, 2004), hal. 92-93.
[25] Harsa, Rusda, Dkk., ‘”Hubungan Kadar Ft4 dengan Kejadian
Tirotoksikosis berdasarkan Penilaian Indeks New Castle pada Wanita Dewasa di
Daerah Ekses Yodium”, Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 2, No. 2, 2013, hal.
85.
[27]
Ridwan,
Mohammad., Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. (Jakarta: Gramedia,
2001), hal. 48.
[28]
Sofian, Ahmad.,
Ilmu Uraian Tubuh Manusia. (Jakarta: CV. Teragung, 2003), hal. 172.
[29]
Anis,
Irmawati., Penurunan Sentivitas rasa manis Akibat Pemakaian Pasta Gig Yang
Mengandung Sodium Lauryl Sulphate 5%”,
Jurnal PDGI, Vol. 68, No. 2, 2009, hal. 12.
[31] Ismail, Yasin., “Pencernaan Serat Kasar pada Ternak Unggas”,
Jurnal Ilmiah, Vo. 21, No. 3, 2010, hal. 126.
[32] Storer, I. Tracy., Dasar-Dasar Zoologi, (Tangggerang: Binarupa
Aksara, 2005), hal. 554.
[33] Mukayat, Djarubito,
Brotowidjoyo., Zoolgi Dasar,
(Jakarta: Erlangga, 1990), hal. 331.
[34] Campbell, Dkk., Biologi Edisi Ke-5 Jilid 3, (Jakarta:
Erlangga, 2004), hal. 69.
[35] Dwi, Astuti., “Variasi Gen Mitokondria Cytochrome b pada
Dua Jenis Burung Kakatua Putih (Cacatua alba dan Cacatua moluccensis)”,
Jurnal, Biologi Indonesia, Vol. 7, No. 2, 2011, hal. 264.
Semoga bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar